Kamis, 18 Agustus 2016

Indonesia Darurat Imperialis

PETISI : Indonesia Darurat Imperialis #SaveNKRI #SaveTNI-POLRI-BNN

JAKARTA- (17/8/2016) Tujuh puluh satu tahun Indonesia Merdeka. Benar, qt sdh 71 tahun menikmati alam kebebasan, mjd negara yg merdeka dan berdaulat. Namun, sejatinya qt blm merdeka scr hakiki. Qt baru merdeka scr fisik, tdk lagi dijajah oleh Belanda dan Jepang scr militer. Penjajahan dlm bentuk lain masih mencengkeram bangsa Indonesia. Qt blm merdeka scr ekonomi, politik dan budaya.

Sistem ekonomi qt bukan Ekonomi Pancasila yg berbasis kerakyatan, tp mengarah pd ekonomi kapitalis yg individualistik. Politik qt jg bukan Politik Pancasila yg santun dan beradab, tp politik kotor dg menghalalkan segala cara. Budaya qt jg bukan Budaya Pancasila yg luhur dan religius, tp budaya qt saat ini adl budaya Barat yg hedonis dan materialis.

Penjajah memang tdk lagi menguasai Indonesia scr fisik dan militer, tp mereka menggunakan propaganda dan kaki tangannya utk ttp mengendalikan bangsa Indonesia. Propaganda yg dilakukan para penjajah bertujuan utk melemahkan benteng2 negara, yaitu institusi TNI sbg penjaga kedaulatan, dan institusi Polri sbg penjaga keamanan serta ketertiban. Upaya memberikan citra negatif terhadap TNI-POLRI dan institusi negara secara sistematis dilakukan oleh negara-negara kapitalis penjajah dan para pendukungnya. Bahkan upaya ini menjadi rekomendasi utama dalam berbagai laporan lembaga-lembaga pemikir ( think-tank ) mereka.

Islam sbg kekuatan penjaga NKRI disamping TNI-POLRI, jg tdk lepas dr upaya pelemahan. Tdk dpt dipungkiri bahwa negara ini didirikan oleh para pendahulu dg teriakan takbir dan darah para ulama serta santri. Sehingga, melemahkan kekuatan TNI-POLRI dan Islam adl cara paling efektif utk ttp melanggengkan penjajahan di bumi Pertiwi ini.

Rekomendasi Ariel Cohen, dalam rilis yang diterbitkan The Heritage Foundation menulis: AS harus menyediakan dukungan pada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi hukum yg berbau syariah Islam, seperti hukuman mati utk bandar narkoba di Indonesia, jg termasuk hukuman untuk kejahatan ringan atau kepemilikan alkohol di Chechnya, keadaan Afghanistan di bawah Taliban atau Saudi Arabia, dan tempat lainnya. Perlu juga diekspose perang sipil yang dituduhkan kepada gerakan Islam di Aljazair. (An Emerging Threat to US Interests in Central Asia ).

Hal senada direkomendasikan Cheryl Benard. Menurutnya, ada beberapa ide yang harus terus-menerus diangkat untuk menjelekkan citra TNI-POLRI dan Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, isu minoritas, pakaian wanita, dan kebolehan suami untuk memukul istri. ( Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, The Rand Corporation, halaman 1-24 ). Negara2 kapitalis penjajah ini rela menghabiskan dana puluhan juta dolar AS untuk melakukan propaganda negatif. (Lihat: David E Kaplan, ”Hearts, Minds, and Dollars”, http://www.usnews.com,
25/4/2005 ).

Untuk melakukan propaganda sistematis ini negara-negara kapitalis kemudian memanfaatkan kelompok-kelompok yang menjadi komprador (kaki tangan) negara penjajah ini. Para komprador ini kemudian membuat LSM-LSM yang secara sistematis dan terus-menerus menyudutkan institusi TNI-POLRI dan mendeskreditkan Islam dan memberikan citra negatif terhadap umat Islam di Indonesia.

Ironisnya, di sisi lain, LSM-LSM ini diam terhadap perlakukan kejam negara-negara penjajah kapitalis Barat, padahal mereka mengklaim sebagai pendukung dan penegak demokrasi dan HAM. Mereka diam terhadap pembunuhan ratusan ribu rakyat sipil di Irak, Afganistan, Palestina, dan negeri negeri Islam lain yang dilakukan oleh AS dan sekutunya yang mengklaim sebagai penegak demokrasi. Mereka juga diam terhadap penangkapan, pemenjaraan, dan penyiksaaan manusia yang dituduh secara sepihak oleh AS sebagai teroris.

Mereka diam terhadap ulah AS di Guantanamo (Kuba) dan penjara-penjara lainnya. Kelompok-kelompok ini mengecam hukuman mati dan menentang perda2 syariat Islam akan membawa penderitaan bagi rakyat.
Namun, mendukung habis-habisan kebijakan negara kapitalis dan liberal seperti AS, meskipun itu membuat penderitaan yang mendalam bagi rakyat Indonesia.

Lihat saja LSM-LSM komprador yg ada saat ini spt KontraS dan JIL _yg baru2 ini disorot ats isu pengakuan terpidana mati kasus narkoba, Freddy Budiman. Terlepas dr benar tidaknya pengakuan tsb, yg pasti institusi TNI-POLRI dan BNN babak belur dibully netizens. Tingkat kepercayaan masyarakat thd ketiga institusi tsb jg menurun. Padahal ketiga institusi tsb adl ujung tombak terdepan dlm menjaga keutuhan, keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah NKRI.

KontraS yg dipimpin oleh Harris Azhar bgtu semangat menyoroti keburukan2 perilaku oknum TNI-POLRI dan BNN. Mereka bgtu getol membela korban2 sipil atas nama HAM, tp diam saja tatkala ada anggota TNI yg dianiya dan disiksa hingga tewas menggemaskan di Bandung. KontraS seolah buta thd nasib tragis anggota Polri yg disiram air keras pd saat mengamankan kerusuhan suporter sepakbola di stadion utama GBK bbrapa waktu lalu.

Harris Azhar dg KontraS nya nampak menggunakan standar ganda dlm perjuangan nya. Sayang sekali, media cetak dan elektronik ikutan latah menyukseskan propaganda busuk para penjajah. Televisi dan koran rupanya ikut terbawa arus "Jebakan Batman" yg dipasang para penjajah dan antek2nya. Netizens dan akun2 FB palsu tdk kalah kompak bergerak, situs dan portal berita abal2 ikut memanaskan suasana.

Wahai, bangsa Indonesia yg sdh 71 th merdeka. Ingat dan sadarlah bahwa penjajah blm pergi dr Indonesia. Mereka tdk rela melepaskan cengkeraman nya ats kekayaan alam bumi Pertiwi. Mari bangkit dan bersatulah, jaga NKRI, perkuat institusi TNI-POLRI dan BNN utk menuju Indonesia yg betul2 merdeka, berdaulat, aman, sejahtera dan bermartabat. MERDEKA....?!

#71thRIkerjaNyata #PolriBagiNegeri

Salam #DamaiIndonesiaKoe (Arif Yuswandono /Bharindo News).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar