Rabu, 26 Oktober 2016

IRONI SABER PUNGLI ; AMBISI MINUS AMUNISI Surat Terbuka Untuk Presiden Republik Indonesia ( Ir. H. Joko Widodo )

Kepada,
Yth. Presiden Republik Indonesia
( tembusan kepada Meneteri PAN-RB, Panglima TNI dan Kapolri )
Di JAKARTA

Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuh…
Semoga keselamatan tercurah atas orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya,

Pak Presiden yang terhormat…
Perkenankan saya menyampaikan uneg-uneg dan isi hati saya terkait gerakan bersih-besih pungutan liar dalam pelayanan pablik yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini.

Saya menulis surat ini bukan karena saya sok tahu ato sok pintar, tetapi sebagai bentuk  kepedulian dn dukungan saya kepada setiap upaya dan program dari pemerintah yang bertujuan baik, menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Pertama-tama, saya mengapresiasi dan ikut mendoakan, atas terbentuknya Satgas Saber Pungli (Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar), yang Anda tuangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016, dan telah Anda tanda tangani, semoga ke depan Indonesia makin baik dan bersih, sehingga rahmat dan berkah Allah SWT dibuka dari pintu langit dan bumi.

Pak Presiden yang terhormat…
Beberapa kasus pungli yang tertangkap tangan selalu melibatkan petugas lapangan di tingkat pelaksana pelayanan publik, baik itu jajaran staf di Dinas Perhubungan, para brigadir di jajaran Polisi Lalu Lintas maupun para staf di Badan Perijinan.

Bukan bermaksud menggurui atau meng-kuliahi, menurut saya pungli adalah culture yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia. Terjadinya pungli bukan mutlak kesalahan para petugas pelayanan publik, tetapi lebih merupakan kesempatan dan kesepakatan. Pungli adalah transaksi yang melibatkan dua pihak. Pengendara sepeda motor yang melanggar seringkali menawarkan “uang damai” agar tidak perlu sidang atau membayar denda dibawah ketentuan. Para sopir truk memberikan pelican agar muatan yang melebihi tonase dapat lolos dari jembatan timbang. Para pembuat SIM memilih lewat jalur belakang agar tidak perlu ujian dan mengantri.

Jadi, untuk memberantas pungli perlu juga mereformasi mental masyarakat kita agar taat hukum dan prosedur, siap antri dan tidak lagi menggoda petugas dengan tawaran uang damai.

Pungli juga mirip dengan suap, seringkali karena keserakahan masyarakat dalam hal ini pengusaha. Untuk mendapatkan quota yang lebih besar dalam impor barang seperti gula, daging dan komoditas kebutuhan lainnya, mereka menyuap para pembuat kebijakan. Untuk memenangkan tender proyek, para pengembang menyuap panitia lelang. Itulah kenapa pungli adalah kesempatan dan kesepakatan, kesepakatan untuk berbuat jahat dan melanggar peraturan. Jadi kalau para pelaku pungli dikenai sanksi, para pemberi dari kalangan masyarakat pun harus mendapat sanksi juga.

Pak Presiden yang terhormat…
Jika kita mau jujur, pungli ini terjadi tidak hanya melibatkan para petugas dengan masyarakat. Pungli juga terjadi antara atasan kepada bawahannya. Pungli terjadi karena tuntutan kebutuhan dan keterpaksaan. Gaji dan tunjangan yang tidak memadai sering menjadi alasan para staf dan petugas di lapangan melakukan pungli. Biaya operasional yang tidak mencukupi juga merupakan alasan lainnya.

Pada saat yang sama, tradisi upeti dan setoran dari bawahan kepada atasan juga ikut menyumbang maraknya budaya pungli. Mekanisme rotasi dan promosi jabatan yang tidak transparan juga berpotensi terjadinya pungli. Sudah rahasia umum bahwa para atasan yang menentukan kebijakan rotasi dan promosi jabatan sering melakukan pungli kepada bawahannya dengan kompensasi kenaikan pangkat dan iming-iming jabatan strategis.

Faktor di luar kinerja dan kompetensi justru yang menjadi pertimbangan utama dalam merotasi dan mempromosikan pegawai. Pegawai yang pintar melayani atasannya dan rajin mengirim upeti biasanya lebih cepat karirnya. Belum lagi kebiasaan para pejabat yang meminta pelayanan lebih ketika melakukan kunjungan ke daerah. Sambutan dan fasilitas diatas standar memerlukan biaya tinggi dan anggaran lebih. Ditambah turut serta istri pejabat dengan hoby shoping-nya, membuat para pegawai di daerah kalang kabut menyiapkan anggaran ekstra untuk untuk meng-entertaint.

Faktor-faktor di atas ikut menyumbang tumbuh suburnya budaya pungli. Sehingga pungli tidak hanya dilakukan oleh para petugas yang melakukan pelayan publik, tetapi juga oleh para atasan kepada bawahannya. Para staf mengambil dari masyarakat untuk melayani dan memuaskan pejabat atau atasannya.

Pak Presiden yang terhormat…
Saya teringat credo dari tokoh bangsa, Kyai Haji Agus Salim, Leiden is Lijden (memimpin adalah menderita), memimpin adalah melayani bukan dilayani, pemimpin adalah pelayan. Dalam struktur kepemimpinan kita mengenal ada hirarki, mulai dari top leader/ top manager (pimpinan puncak /tertinggi), medium manager (pimpinan menengah), low manager (pimpinan terendah) baru petugas dan staf yang memimpin dan melayani secara langsung kebutuhan masyarakat.

Di instansi pemerintahan, low manager ini mungkin para supervisor, kasi dan kasubag, medium manager adalah para kabag sedangkan top managaer adalah kepala departemen sampai ke presiden. Di jajaran kepolisian, juga ada hirarki dari kasi, kasubag, kasat, kapolres, kapolda, kapolri hingga ke presiden.

Jika kita mengikuti credo KH Agus Salim, maka seharusnya setiap jenjang kepemimpinan adalah pelayan bagi jenjang di bawahnya. Presiden adalah pemimpin para menteri, artinya pelayan yang wajib malayani kebutuhan menterinya. Menteri adalah pelayan dirjen dan direktur, dirjen pelayan kabag, kasubag dan kasi. Kabag adalah pelayan para staf dan petugas lapangan. Staf dan petugas adalah pelayan yang wajib melayani masyarakat. Dalam institusi polri juga demikian. Kapolri adalah pelayan kepala divisi, direktur dan kapolda. Direktur dan kapolda adalah pelayan kabag /kabid dan kapolres. Kapolres adalah pelayan para kasat dan kabag. Kasat adalah pelayan staf dan petugas lapangan. Staf dan petugas lapangan inilah yang secara langsung melayani masyarakat.

Prinsip memimpin adalah melayani harus dimulai dari atas. Seorang presiden harus melayani dan mencukupi kebutuhan anak buahnya agar anak buah dengan bahagia dan semangat melayani masyarakat. Panglima TNI dan Kapolri juga harus mencukupi kebutuhan dan membela kepentingan para parjurit agar mereka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Jangan dibalik…!!!

Pak Presiden yang terhormat…
Jika rerformasi birokrasi dan revolusi mental para pejabat ini betul-betul diterapkan, maka budaya pungli dan suap akan mudah dihilangkan. Namun jika kebutuhan dan kepentingan para bawahan diabaikan maka yang terjadi adalah munculya rasa frustasi dan demotivasi. Para bawahan yang menjadi petugas pelayanan akhirnya menjadi pihak yang terjepit dan tergencet, disatu sisi harus memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, pada saat yang sama juga harus melayani atasannya, sementara kebutuhannya tidak tercukupi sebagaimana mestinya.

Menurut saya, Gerakan Saber Pungli memerlukan pra-kondisi untuk menjamin keberhasilan yang memuaskan. Yang pertama adalah Revolusi Mental para pejabat dan rakyat. Rakyat harus mulai dipaksa taat aturan, ikut prosedur dan menanamkan budaya antri. Mindset para para pajabat harus diubah, bahwa kepemimpinan adalah amanah dan pelayanan, menjadi pemimpin itu melayani bukan dilayani.

Kedua, reformasi birokrasi secara total. Dimana sejak proses rekriutmen hingga rotasi dan mutasi harus transparan dan bebas dari upeti dan setoran. Para pejabat tidak boleh lagi menuntut pelayanan lebih ketika mengadakan kunjungan ke daerah, tidak ada anggota keluarga dan para istri yang berbelanja dengan uang negara.

Ketiga, pemerintah harus meninjau ulang gaji dan remunerasi para pegawai sehingga tercukupi kebutuhan dengan layak. Tidak ada lagi alasan mencari uang tambahan untuk menutup kebutuhan.

Keempat, seluruh infrastruktur dan perangkat teknologi untuk pelayanan publik harus disiapkan dengan anggaran negara sehingga kualitas pelayan merata di setiap lini dan instansi.

Pak Presiden yang terhormat…
Suatu program tanpa persiapan matang hanya akan berhenti pada pencitraan. Gerakan Sapu Bersih Pungli tanpa pra-kondisi ibarat "ambisi minus amunisi".

Bapak Panglima TNI dan Bapak Kapolri yang terhormat…
Jangan korbankan dan permalukan para prajurit di lapangan dengan banyaknnya kasus tangkap tangan. Mereka dituntut bersih dan prima dalam pelayanan, namun kebutuhan dan kepentingan mereka diabaikan. Marilah saling menunaikan kewajiban agar gerakan bersih-bersih ini membuahkan hasil gemilang. Kita semua merindukan tatanan masyarakat yang tertib, teratur dan beradab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pak Presiden yang terhormat…
Demikian surat terbuka saya, ada salah dan khilafnya, saya mohon maaf…

Jakarta, Kamis Kliwon 27 Oktober 2016 M / 26 Muharam 1438 H
Hormat saya,
Arief Luqman el Hakiem

68 komentar:

  1. Sangat Setuju sekali, Mantaps Keren seperti itulah yg terjadi saat ini. 👍👏

    BalasHapus
  2. Salut......smoga yang diatas mau mendengar dan meresapinya dan terbuka matanya...amin

    BalasHapus
  3. Salut......smoga yang diatas mau mendengar dan meresapinya dan terbuka matanya...amin

    BalasHapus
  4. Cuma berdoa semoga indonesia kedepan lebih baik

    BalasHapus
  5. Cuma berdoa semoga indonesia kedepan lebih baik

    BalasHapus
  6. Ini baru oke... dan itu sngat istimewa

    BalasHapus
  7. Ini baru oke... dan itu sngat istimewa

    BalasHapus
  8. Keren dan mantabs.
    Benahi dari atas kebawah. Karena di bawah paling mudah mengikuti atasannya...

    BalasHapus
  9. Keren dan mantabs.
    Benahi dari atas kebawah. Karena di bawah paling mudah mengikuti atasannya...

    BalasHapus
  10. Semoga sapu bersih benar2 dengan sapu yang bersih.....

    BalasHapus
  11. Semoga sapu bersih benar2 dengan sapu yang bersih.....

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. Mantaapz.. setuju banget.. ini baru benar & betul...

    BalasHapus
  14. Pimpinan itu embahnya pungli.. anak buah mau mkn apa klo duit gaji untuk membiayai keprluan dinas krn anggaran yg tdk pernah turun ke aggotanya..

    BalasHapus
  15. Semoga surat ini dibaca oleh Bapak Presiden RI dan segenap tembusannya.

    BalasHapus
  16. Cuoocoook....biar tercipta negara yg baldatun toyibatun warobbun ghofuur

    BalasHapus
  17. Pemimpin bagaikan orang tua kepala rumah tangga !!!

    BalasHapus
  18. Pemimpin bagaikan orang tua kepala rumah tangga !!!

    BalasHapus
  19. Sangat mantap atap yg bocor jgn lantainya yg d bersihkan

    BalasHapus
  20. Kenapa cuma ada satu orang yang bisa menulis kaya gitu... Sungguh mengharukan.

    BalasHapus
  21. Tolong Pungli PD PARKIR KOTA MAKASSAR Juga ditindaki...

    BalasHapus
  22. Mantap ikan busuk dari kepala buka ekor, rumah bocor bukan lantainya yg di pel tp atapnya yg di perbaiki....

    BalasHapus
  23. Saya sangat setuju, smg artikel tsb di baca oleh bpk presiden, kami sbg staf sanggup bekerja dgn jujur dan tanpa pungli yg penting semua pelaksanaan giat dibiayai dgn anggaran yg cukup termasuk apabila dpt tugas ke luar kota jg dpt anggaran yg cukup jadi tidak ada alasan untuk pungli ......
    Selama ini yg terjadi masih byk giat yg tdk dibiayai namun giat harus berhasil, trus darimana uangnya kalau tidak minta sana sini ......
    Kmd tugas kluar daerah, diberikan uang jalan yg tidak realistis krn uang jalan yg diberikan hanya untuk naik angkutan umum PP saja tidak cukup, blum lagi harus byr makan, tidur dimana semua itu blum terjangkau dgn dukunngan anggaran, trus mau pakai uang siapa ???, pakai gaji kita gitu !!!, nggak mungkin lah pastinya ya akan tetap minta bantuan sana sini .....
    Ini adalah kondisi riil yg terjadi saat ini, jika semua keperluan utk dinas tsb sdh dipenuhi harusnya sdh tdk ada alasan lg untuk pungli ......
    Smg semua pihak bijak dalam hal ini.

    BalasHapus
  24. Luar biasa mantab...semoga dibaca oleh BPK Presiden. Sungguh mengharukan

    BalasHapus
  25. Luar biasa mantab...semoga dibaca oleh BPK Presiden. Sungguh mengharukan

    BalasHapus
  26. Top markotop semoga bapak presiden membacanya... Aminnn...

    BalasHapus
  27. Top markotop semoga bapak presiden membacanya... Aminnn...

    BalasHapus
  28. Menteri keuangan supaya menghitung lg gaji ASN, TNI dan POLRI, kira kira cukup nggak untuk menghidupi keluarga dengan dua anak, kebutuhan kuliah, dan kebutuhan sehari hari,,,atau tukar nasib 1 bulan, biar merasakan betapa susahnya mengatur gaji dalam 1 bulan untuk menopang hidup ini

    BalasHapus
  29. Menteri keuangan supaya menghitung lg gaji ASN, TNI dan POLRI, kira kira cukup nggak untuk menghidupi keluarga dengan dua anak, kebutuhan kuliah, dan kebutuhan sehari hari,,,atau tukar nasib 1 bulan, biar merasakan betapa susahnya mengatur gaji dalam 1 bulan untuk menopang hidup ini

    BalasHapus
  30. istimewa...
    tidak ada yang tidak mungkin...

    BalasHapus
  31. semoga kedepan kesejahteraan anak buah tersalurkan...

    BalasHapus
  32. Bagaimana caranya ya supaya tulisan ini bisa sampai ketangan presiden!!!!!

    BalasHapus
  33. Mantaaabbb....
    Semoga dgn banyak yg comment apresiasi surat berisi suara hati para bawahan ini yg tak terdengar kan akan segera terdengar kan dan yang tak tersampaikan semoga cepat dapat tersampaikan..
    Aamin YRA..

    BalasHapus
  34. Mantap smoga bisa terbaca oleh bapak presiden

    BalasHapus
  35. Seorang pns golongan 3 dengan anak 2 istri satu( keluarga berencana) dengan gaji 4 juta makan dalam sebulan 3 kali makan seharix30 hari x4 orangx rp. 10.000= Rp.3600.000... Untuk ongkos bensin kekantor 2 literx10.000x 24 hari kerja =Rp.480.000... Bayar cicilan rumah KPR sebulan Rp. 900.000....., bayar listrik air sebulan 500.000, bayar anak sekolah 2 anakx rp.200.000=400.000 (maklum sekolah murah).potongan BPJS 4 orang x 50.000= 200.000.beli gas LPJ sebulan rp.120.000 total semua dengan hidup pas pasan sudah hemat sana sini, ndak pake beli baju baru, ndak pake cicil motor Rp.6200.000 gaji hanya 4 jutaan, tidak boleh pungli itu harus dan baik tapi rasionalitas salary / gaji juga harus masuk akal

    BalasHapus
  36. Presiden maupun pimpinan yg lain kemn2 dibiayai oleh dinas.
    Bensin, makan, pakaian, kendaraan, tempat tidur dll jg ditanggung dinas.
    Kami yg bawahan hrs serba beli.
    bensin utk ke kantor beli sendiri.
    Pakaian dinas beli sendiri.
    Makan beli sendiri.
    Pulsa beli sendiri.
    Kendaraan beli sendiri walau nyicil.
    rumah beli sendiri itu jg hsl nyicil.
    Nasib nasib jadi anak buah.

    BalasHapus
  37. Betul sekali..profesionalisme tergantung kesejahteraan..

    BalasHapus
  38. Setuju keadilan & kesejahteraan masyarakat sngat diprioritaskan,,, akan tetapi adakah atasan dapat mendengar kendala bawahannya, cuma bisa main perintah, main tunjuk, mengancam dengan manfaatin kekuasaan jabatan, sekalipun didukung anggaran main potong sikat sana sini yg ga jelas seolah-olah nkri akan jatuh miskin, tolonglah pak nyawa kami pertaruhkan untuk masyarakat terkadang karena takut perintah pemimpin yg zholim pun terpaksa kami lindungi dengan membentengi tubuh tanpa terbesit anak & istri menanti & bergantung dirumah, tolonglah pak presiden & instansi appun yg terkait, saran sy bentuk diseluruh instansi, pegawai baru dikepemerintahan RI yg lngsung dibawah kepemimpinan presiden agar terungkapnya kebobrokan, keserakahan, kekonyolan di sisi lain oleh kemunkaran pemimpin yg serakah, tamak, & zholim laknatullah, smoga allah swt melimpahkan rahmat, taufik & hidayahnya kepada umatnya, karena yg dijadikan korban terutama masyarakat dan yg kedua kami bawahan yg tak ada nilai sm sekali nyawa yg diamanahkan allah swt,,, kepada siapapun yg merasa tersinggung sy mhon maaf ,& kepada allah swt sy mhon ampun, wassalam wrb.

    BalasHapus
  39. Setuju keadilan & kesejahteraan masyarakat sngat diprioritaskan,,, akan tetapi adakah atasan dapat mendengar kendala bawahannya, cuma bisa main perintah, main tunjuk, mengancam dengan manfaatin kekuasaan jabatan, sekalipun didukung anggaran main potong sikat sana sini yg ga jelas seolah-olah nkri akan jatuh miskin, tolonglah pak nyawa kami pertaruhkan untuk masyarakat terkadang karena takut perintah pemimpin yg zholim pun terpaksa kami lindungi dengan membentengi tubuh tanpa terbesit anak & istri menanti & bergantung dirumah, tolonglah pak presiden & instansi appun yg terkait, saran sy bentuk diseluruh instansi, pegawai baru dikepemerintahan RI yg lngsung dibawah kepemimpinan presiden agar terungkapnya kebobrokan, keserakahan, kekonyolan di sisi lain oleh kemunkaran pemimpin yg serakah, tamak, & zholim laknatullah, smoga allah swt melimpahkan rahmat, taufik & hidayahnya kepada umatnya, karena yg dijadikan korban terutama masyarakat dan yg kedua kami bawahan yg tak ada nilai sm sekali nyawa yg diamanahkan allah swt,,, kepada siapapun yg merasa tersinggung sy mhon maaf ,& kepada allah swt sy mhon ampun, wassalam wrb.

    BalasHapus
  40. Betul sekali dan sangat di sayangkan pencitraan di atas kekuasaan jabatan dan apakah beliau beliau yang terhormat ini sebagai pemimpin tertinggi yang punya kuasa dan jabatan. GA PERNAH MERASAKAN KERJA DI WILAYAH DAN SATUAN KECIL kalau beliau hanya mengandalkan uang gaji saya yakin ga akan kebeli mobil mewah rumah mewah Kuliahin ank anak nya

    BalasHapus
  41. Cukupi kebituhan bawahan.....penuhi pasilitas kedinasan jagan biarkan anggota menggunakan uang gajinya untuk melaksanakan tugas Negara ini....untuk Polsek harwattah ditanggung Negara 2 sampai 4 orang kalau lebih tanggung jawab Kapolsek dana lidik sidik 2 sampai 4 kasus pertahun kalau kurang tanggung sendiri....mobil dinas kapolsek tidak punya rumah dinas tak punya harus kredit dan bayar listrk dan air....pakaian dinas dapatnya belum tentu setiap tahun terpaksa beli sendiri terus bagaimana cara kami mau hidup dan memberikan pendidikan yang layak kepada anak" kami.Kami tidak setuju Korupsi....pungli dll tapi bagaimana cara hidup pak....!!Kami setuju pemberantasan pungli atau OTT tapi jangan biarkan kami mati dgn serba kekurangan penuhi kebutuhan kami lakukan tembak ditempat apabila masih ada pungli dan pimpinan juga sanggup tembak ditempat apabila korup.

    BalasHapus
  42. Semoga ini tdk hanya menjadi bualan saja... baca, resapi dan JALANKAN
    ( appun yg membaca)

    BalasHapus
  43. Semoga ini tdk hanya menjadi bualan saja... baca, resapi dan JALANKAN
    ( appun yg membaca)

    BalasHapus
  44. Sangat luar biasa, trims atas kepduliannya

    BalasHapus
  45. Ayo kita forward ke grup yg ada, semoga gaungnya semakin besar dn berpengaruh besar pula

    BalasHapus
  46. Ayo kita forward ke grup yg ada, semoga gaungnya semakin besar dn berpengaruh besar pula

    BalasHapus
  47. Mantapp..betul dan sangat setuju sekali...

    BalasHapus
  48. Pungli dan korup tidak ada hubungannya dengan gaji kecil. Keserakahan dan kerakusan lah biang keladinya.

    BalasHapus
  49. Berarti keluhan anggota semua daerah hampir sama,kasus yg sama, mari bersama sama kita berdoa agar keluhan kita di dengar oleh yg maha kuasa, dapat terkabul apa yg kita harapkan

    BalasHapus
  50. Berarti keluhan anggota semua daerah hampir sama,kasus yg sama, mari bersama sama kita berdoa agar keluhan kita di dengar oleh yg maha kuasa, dapat terkabul apa yg kita harapkan

    BalasHapus
  51. Jika menilik sejarah, pungli di negara kita warisan kolonial belanda, belanda dlm menguasai bangsa kita selalu gunakan upeti, iming2 jabatan dan ataw kedudukan, warga nonpri juga tetap eksis krn rutin beri upeti pada penjajah, juga raja dan are tuan penguasa, akhirnya budaya ini diikuti oleh masyarakat awam. Ketika indonesia merdeka, terjadi transformasi budaya pungli dan upeti kepada para pejabat dan area pemangku kepentingan, sehingga budaya ini terus mengakar berkecamba di zaman orla, orba, orde reformasi sampai zaman sekarang. Saya sependapat jika konsep pemberantasan pungli menyentuh semua elemen bangsa, yg diawali dgn penyadaran sistimatis dan kontinuitas, penciptaan sistem yg transparan dan akuntabel, pada semua tingkatan sosial, perbaikan penghasilan pada semua tingkatan sosial, mekanisme dan prosedur pelayanan publik cepat, tepat dan efisien, mempersempit ruang kejahatan di dunia bisnis, menindak tegas para pengusaha yg jalankan segala cara, dan mereformasi sistem pendidik kita yg cenderung materialistik dab sekulariastik. Kita mustahil generasi ke depan akan lebih baik jika ilmu yg diajarkan tdk membawa penyadaran spiritual dan ahlaqur karimah. Ilmu yg diajarkan kini tdk dpt menciptakan generasi al amin, amanah dan mukhlisin dlm menjalani hidupnya ditengah masyarakat yg cenderung menggunakan kebenaran ilmiah sbg ukuran kebenaran. Ingat bahwa kebenaran ilmiah hanya memenuhi tiga syarat, yaitu obyektif, rasional dan empirik. Semoga ini sbg masukan dan ada manfaatnya. Allahu a'lam bissawab.

    BalasHapus
  52. Kotoran dilangit langit akan jatuh kelantai, sekarang tinggal berfikir mau membersihkan dari atas ? Atau cuman di lantai saja ?

    BalasHapus
  53. sangat perlu dibaca dsn dipertimbangkan oleh para pembuat keputusan di Negeri ini....

    BalasHapus