Jumat, 20 Juli 2018

AKAR MASALAH KEMISKINAN DI KEBUMEN ADALAH BIROKRASI YANG BOBROK DAN KORUP

Menimbang Kembali Rencana Pembangunan Kawasan Industri Kebumen - KIK (3)
Berbagai argumen normatif seperti kemiskinan dan tingginya angka pengangguran di Kebumen dijadikan alasan pembenaran untuk memaksakan pembangunan Kawasan Industri Kebumen (KIK) di pesisir selatan Petanahan. Menurut saya akar masalah kemiskinan dan keterbelakangan Kabupaten Kebumen bukan tidak adanya industri, namun lebih disebabkan Birokrasi Kebumen yang Bobrok dan Korup.

Bahkan saya berani mengatakan, Pemkab Kebumen hingga saat ini banyak dihuni oknum penjahat dan pengkhianat bermental pengemis yang tega merampok uang negara demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka para pembual dengan program omong kosong yang tidak fundamental dan substansial.
Ada yang mau mendebat, marah atau tersinggung dengan statemen saya. Silakan kita gelar data dan fakta. Saya menulis ini tentu punya argumen, dan siap bertanggung jawab dengan pernyataan saya.
Ada 2 alasan, kenapa saya berani menyimpulkan bahwa akar masalah kemiskinan di Kebumen adalah Birokrasi yang Bobrok, Korup, Pembual dan Omong Kosong.
1. Riset Pribadi
Saya telah melakukan sebuah penelitian investigasi beresiko tinggi yang melibatkan emosi dan reputasi. Saya memilih observasi partisipasi sebagai metode pengumpulan data dimana peneliti terlibat langsung secara fisik dan emosi dalam sebuah kasus yang hendak diungkap.
Sahabat Netizens Kebumen tentu masih ingat kasus Penjaringan dan Penyaringan Perangkat Desa Setrojenar, Mei lalu. Apa dikiranya saya mengkuti seleksi tersebut semata-mata karena saya ingin menjadi Sekdes atau Carik ?
Anda salah besar ! Saya menyisipkan sebuah misi pembuktian untuk menguji hipotesa saya bahwa Akar Masalah Kemiskinan di Kebumen adalah Birokrasi yang Bobrok dan Korup dari pucuk pimpinan hingga paling bawah, yaitu birokrasi desa.
Saya mengmbil resiko, jika lolos dan jadi Carik, maka saya harus fokus dan meninggalkan sebagian besar aktifitas dan penghidupan saya yang lain. Termasuk jika ada yang memanggil dengan singkatan jabatan saya, RIKKK !
Selama ini beredar rumor bahwa untuk pengangkatan perangkat desa (termasuk mutasi jabatan di tingkat OPD) penuh kolusi dan konspirasi. Ratusan juta rupiah uang beredar dalam proses seleksi, rotasi, mutasi dan promosi pejabat. Trik dan intrik ikut mewarnai dalam setiap prosesnya.
Ternyata semua itu benar dan valid. Dalam kasus seleksi perangkat Desa Setrojenar, untuk jabatan Carik ada 9 peserta, hampir semua sarjana dan anak kuliahan semester akhir. Namun yang terpilih adalah ibu-ibu lulusan SMK yang jauh dari sebutan berwawasan dan berpengalaman. Tanpa kompetensi.
Jajaran diatasnya juga bobrok dan pembual. Saya meneruskan riset ini dengan mengirim Somasi lengkap tembusan ke Camat, Bagian Hukum, Bagian Tapem, Dispermades, Inspektorat, Bupati hingga Pimpinan DPRD up Komisi A.
Apa hasilnya ? NOL BESAR ! Hanya BUALAN DAN OMONG KOSONG !
Katanya dibentuk Tim Verifikasi, saya juga di-BAP, tapi semua hanya formalitas dan dagelan yang tidak lucu. Jika saya saja diperlakukan seperti ini, bagaimana orang lain dalam kasus yang sama ? Jika sesuatu yang sudah menjadi atensi publik saja mereka masih berani bermain-main, bagaimana untuk kasus yang masih tersimpan rapi.
Kasus seperti saya mungkin banyak terjadi dan dialami teman-teman di daesa lain. Anda semua renungkan, jika sebuah jabatan diraih dengan cara tidak benar, melalui cara kolusi dan konspirasi, maka semua harta yang didapatkan tidak benar juga. Gaji dan rizki yang diberikan kepada anak istri adalah haram dan najis. Seumur Anda menjabat telah memasukan bara api neraka ke dalam perut keluarga Anda.
Tidak berkah. Dampakya pada perilaku Anda sebagai pejabat dan anak keturunan, serta yang lebih luas program pembangunan yang dijalankan tidak akan pernah berhasil. Ujungnya Kebumen tetap miskin dan terbelakang.
2. Keberadaan KPK dan Fakta Persidangan Tipikor
Argumen kedua, kenapa saya bilang Birokrasi Kebumen Bobrok dan Korup adalah keberadaan penyidik KPK yang hampir 2 tahun betah mengobrak-abrik ruang-ruang kantor pemerintahan. Ini adalah rekor, sejak adanya OTT KPK untuk kasus suap proyek Dikpora, 2016 lalu, hingga saat ini sudah ada 3 kloter dengan 9 tersangka. Temuan melebar hingga pada kasus lain yang merupakan puncak unung es dari korupnya briokrasi Kebumen.
Fakta persidangan Tipikor hari-hari terakhir ini membelalakan mata kita, bahwa selama ini Kebumen dikelola oleh para penjahat dan perampok yang berkonspirasi dalam setiap proyek pembangunan di Kebumen.
Setiap lini seolah-olah mengambil kesempatan untuk bisa merebut kue APBD maupun APBN untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Ketegasan dan kemarahan mereka kepada bawahan nampak hanya akting kacangan yang ujung-ujungnya komisi dan berharap dapat bagian.
Ketika pejabat, apakah itu Camat, OPD, wakil rakyat, datang ke satu wilayah dengan dalih pemeriksaan proyek, berkas dokumen atau laporan, semua berakhir dengan amplop dan salaman. Kaya pengemis saja, cuma bedanya penampilan Anda rapi dan wangi.
Mending pengemis, hanya dengan recehan, dia akan tanpa henti membalas kita dengan barisan doa yang dia ucapkan.
Nah, untuk proyek sekelas raskin, BLT, BLSM, KIS, Bedah Rumah, Pasar dan Rumah Sakit saja penuh dengan penyimpangan, bagaimana jadinnya jika Kebumen membangun proyek Kawasan Industri dengan dana triliunan rupiah ?
Ga kebayang deh ! Siapa yang untung besar, siapa yang tetap miskin dan lapar !
Namun, dari semua itu saya percaya, masih ada pejabat hingga perangkat desa yang baik, jujur dan tulus mengabdi. Tapi jumlahnya sedikit dan tidak mampu berbuat banyak. Semoga Allah SWT memberi mereka kekuatan untuk menjadi pelopor gerakan bersih-bersih Kebumen yang sudah dimotori KPK.
Salam GBK - Gerakan Bangkit Kebumen
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar