Senin, 09 Juli 2018

Men-JOKOWI-kan ANIES

Semua orang pasti tahu bahwa Prabowo Subianto adalah salah satu tokoh utama yang mengantarkan Ir. Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta. Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang waktu itu kader Gerindra, Jokowi berhasil mengkandaskan pasangan petahana Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli pada Pilgub DKI 2012.

Semua orang pun tahu bahwa Prabowo Subianto dan penduduk ibukota kemudian "dikhianati" oleh Jokowi, karena lebih memilih maju sebagai Calon Presiden dari pada menyelesaikan 5 tahun masa tugasnya memimpin Jakarta. 2 tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi tak kuasa menolak perintah Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, untuk diusung sebagai Capres pada Pilpres 2014 melawan Prabowo Subianto, orang yang paling berjasa memenangkannya pada Pilkada ibukota.

Semua orang pun tahu bahwa Jokowi bukan calon terkuat yang dipersiapkan PDI-P dan Megawati untuk DKI Jakarta maupun Indonesia.

Semua orang tahu jika Jokowi yang bershio Kerbau 1961 (sama seperti shio Bung Karno 1901 dan SBY 1949), akhirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Republik Indonesia.

Sebagai kader PDI-P, Jokowi "dibajak" oleh kelompok lain dengan kekuatan besar di negeri ini. Itulah mengapa Megawati berkali-kali mengatakan bahwa Jokowi adalah "Petugas Partai (PDI-P)" yang menurut saya sebagai bentuk kegalauan dan kekuatiran.

Hari ini, sebulan menjelang pendaftaran Calon Presiden (4-10 Agustus 2018) untuk Pilpres 2019 kasus Jokowi sepertinya akan terulang kembali.

Adalah Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang diantarkan oleh Prabowo Subianto berpasangan dengan kader Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno, didorong-dorong untuk maju sebagai Calon Presiden.

Ada indikasi, "kekuatan besar" yang menjadikan Jokowi sebagai presiden, kali ini hendak menjadikan Anies sebagai presiden juga. Jika ini benar, maka terjadi Deja Vu, dimana terjadi pengulangan, orang yang diantarkan Prabowo sebagai Gubernur DKI Jakarta berhenti di tengah jalan untuk maju sebagai calon presiden. Men-JOKOWI-kan Anies.

Akan menjadi rekor hebat bagi Prabowo jika akhirnya dia harus selalu dikhianati dan melawan orang-orang yang dididiknya. Apalagi jika kemudian Prabowo kalah dari Anies pada Pilpres 2019, it's amazing !

Prabowo yang bershio Kelinci 1951 memang memiliki catatan selalu "dikhianati" orang-orang terdekatnya. Ini seperti menurun dari ayah dan kakeknya. Kakek Prabowo, RM. Margono Djojohadikusumo, juga dikhianati oleh Bung Karno di akhir masa hidupnya. Padahal Margono adalah salah satu tokoh pendiri bangsa, anggota BPUPKI dan pendiri bank pemerintah, BNI.

Ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo juga tokoh yang dikhianati oleh Bung Karno dan dicap sebagai pendukung pemberontak, hingga keluarganya terlunta-lunta hidup di pelarian, mulai dari Singapura, Thailand, China, Amerika dan Inggris. Itulah mengapa Soemitro memiliki nama-nama samaran seperti Abu Bakar, dan Suu Ming Doo, nama Tionghoa.

Sejak masih aktif sebagai prajurit TNI AD, Prabowo sudah terbiasa "dikhianati" koleganya. Pada tragedi Trisakti dan penculikan aktifis 1998 Prabowo dikorbankan oleh atasannya, hingga berhenti di tengah jalan. Pada dunia politik, Prabowo juga dikhianati oleh beberapa tokoh Partai Golkar pada saat konvensi capres 2004.

Setelah pilpres 2009, Prabowo yang cawapres kembali dikhianati oleh PDI-P dan Megawati, yang mengingkari perjanjian Batu Tulis, dimana Prabowo akan bergantian sebagai Capres pada Pilpres 2014.

Prabowo juga punya catatan dikhianati oleh anak-anak didiknya. Selain ditikung oleh Jokowi pada Pilpres 2014, Prabowo juga dikhianati oleh kepala daerah yang diusungnya, seperti Ahok dan Ridwan Kamil.

Prabowo juga dikhianati oleh para pendukungnya di Pilpres 2014 seperti Prof. Mahfud MD, Ali Mochtar Ngabalin, Romahurmuziy, TGB Zainul Majdi yang lebih memilih merapat ke kubu Jokowi.

Kekuatan besar tersebut memanfaatkan kelompok oportunis yang secara genit mendorong-dorong Anies untuk maju sebagai calon presiden. Bahkan telah secara terang-terangan mendeklarasikan Anies for Presiden.

Kelompok-kelompok lain juga memecah kesolidan pendukung Prabowo dengan mendeklarasikan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo dan Gubernur NTB, TGB Zainul Majdi sebagai capres.

Sebulan ini adalah waktu kritis bagi Prabowo Subianto untuk menentukan sikap dan melakukan konsolidasi serta lobi jika ingin menyelamatkan Indonesia dengan menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Menarik bagi Anies Baswedan, apakah dia akan tetap komitmen menjaga etika politik dengan menuntaskan tugasnya di ibukota, atau juga tergoda untuk maju sebagai capres mengikuti jejak Jokowi.

Mari kita tunggu di Agustus 2018 ini !!!

Salam Indonesia Raya !

Jakarta, 9 Juli 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar