Minggu, 02 Juli 2017

THE SMILING TITO (Catatan Hari Bhayangkara ke-71)

THE SMILING TITO - Kehadiranmu menghentak publik tanah air. Sebagai jenderal polisi bintang tiga pada saat itu, engkau kalah terkenal dibandingkan Budi Waseso atau Budi Gunawan. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui rekam jejakmu sebelum engkau dilantik menjadi orang nomor satu di lembaga kepolisian negara.

Namun rupanya takdir membawamu memegang tongkat komando di Korps Baju Coklat. Ketika mendapat bocoran bahwa engkau menjadi calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden Joko Widodo menggantikan Badroddin Haiti, saya langsung menulis sebuah artikel dengan judul "Hanya Tuhan Yang Bisa Menghentikan Tito".

Bukan tanpa alasan saya membuat tulisan tersebut. Setelah saya browsing sana-sini, cari informasi kesana kemari terkait rekam jejakmu, saya berkesimpulan bahwa langkahmu menuju kursi Kepala Kepolisian Republik Indonesia tidak terhentikan.

Terbukti, semua proses engkau lalui dengan sangat mulus. Fit dan proper test di tingkat komisi hingga rapat paripurna DPR RI engkau lahap dengan sangat memuaskan. Tidak ada satupun fraksi di lembaga wakil rakyat yang meragukan kemampuanmu.

Dengan prestasi yang begitu mentereng selama menjadi prajurit Bhayangkara, gelar pendidikan yang mangagumkan, selalu nomor satu di setiap jenjang pendidikan yang engkau ikuti, rekam jejak yang relatif bersih selama menjabat di setiap tingkatan organisasi polri, menjadikan seluruh rakyat Indonesia menaruh kepercayaan dan harapan besar perubahan Institusi Polri di pundakmu.

Karirmu sangat cemerlang, engkau keajaiban di Korps Bhayangkara. Beberapa kali kenaikan pangkat secara istimewa, raihan bintang yang begitu cepat, melewati 4 angkatan di atasmu, tidak ada gejolak di internal polri, tidak ada penolakan di level masyarakat, salah bukti perjalananmu begitu sempurna. Clean and clear.

Kehidupan pribadi dan rumah tanggamu juga nyaris sempurna. Pendamping hidup yang solehah, jauh dari kesan glamour, putra putri yang tidak neko-neko. Asal usul keluarga dan garis keturunan juga tanpa cela.

Sejak awal periode kepemimpinanmu sangat menjanjikan. Program reformasi di tubuh kepolisian yang engkau gagas, terangkum dalam semboyan Comander Wish dengan slogan Promoter (Profesional Modern Terpercaya) memberi sinar harapan akan perubahan besar-besaran di lembaga penegak hukum.

Perubahan mindset pada diri anggota polisi, menjadi lebih ramah dan bersahabat, kesigapan merangkul kalangan media, inovasi tiada henti dalam pelayanan berbasis teknologi, adalah bukti bahwa engkau layak memimpin Institusi Polri.

Sampai dengan titik ini, tidak ada seorangpun yang meragukan dan merendahkanmu. Tidak ada yang berani menghina dan mem-bully-mu. Hingga Tuhan menunjukkan Kuasa-Nya, bahwa Dialah yang berhak mengatur jalan cerita kehidupan dunia ini. Tidak ada perkara yang terjadi di kolong langit ini kecuali atas kehendak-Nya.

Ujian yang sebenarnya terjadi pada pertengahan tahun pertama engkau menjabat sebagai Kapolri. Ujian itu bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan segala dinamika dan perilakunya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Demikian yang tertulis, demikian yang terjadi. Dimulailah masa-masa berat dan menegangkan dalam karirmu. Hujatan, cacian, bully-an bahkan tuntutan agar engkau dipecat sebagai Kepolri mulai bermunculan. Segala tindak tanduk dan ucapanmu selalu diawasi dan dicari kesalahannya. Bahkan foto kedekatanmu dengan Ahok dipersoalkan dan diviralkan. Padahal, siapapun Kapoldanya pada saat itu pasti dekat dan pernah makan bersama dengan Gubernur Jakarta.

Hingga Pilkada DKI Jakarta usai, kasus Ahok sudah final ujian dan cobaan yang menderamu belum berakhir. Namun disaat yang sama engkau masih mampu bertahan, senyum dan kepercayaan dirimu masih kuat. Engkau hadapi semua tekanan berat ini dengan meyakinkan. Engkau bawa bahtera lembaga kepolisian dengan pasti mengarungi samudera, menerjang badai yang menghantam dengan kejam.

Tuhan memang Maha Sempurna, Maha Tahu dan Maha Pembuat Rencana. Dipilih-Nya orang-orang tertentu untuk mengemban tugas tertentu. Terpilihnya Tito Karnavian sebagai Kapolri tidak terlepas dari rencana Tuhan. Dia sudah berhitung dan menimbang, harus orang kuat dan terpilih yang memimpin Institusi Polri ketika menghadapi situasi seperti ini. Tuhan tidak akan memberi beban kepada seseorang kecuali atas kemampuannya.

Terbukti, keputusan Tuhan yang benar, Dia sebaik-baik Pembuat rencana. Pelan tapi pasti, Tito Karnavian membawa bahtera kepolisian keluar dari gulungan ombak badai menuju pulau harapan. Bersamaan dengan Hari Bhayangkara ke 71, tepat setahun Jenderal Tito dilantik sebagai Kapolri, Rabu 13 Juli 2016, Korps Bhayangkara mulai mendapat tempat kembali di hati masyarakat.

Tetap tegar dan tersenyum Jenderal Tito, badai pasti berlalu, untuk kemudian muncullah pelangi. Engkau terbukti mampu membawa gerbong kepolisian melalui medan terjal dan curam. Sinar harapan akan lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih baik, profesional dan terpercaya segera terwujud.

Selamat hari jadi Korps Bhayangkara ke-71, tetaplah berbenah dan memperbaiki diri, jadilah polisi yang ramah dan dicintai. Jadilah bagian dari bangsa Indonesia seutuhnya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera dan terhormat.

Yogyakarta, 1 Juli 2017
Arief Luqman El Hakiem




Tidak ada komentar:

Posting Komentar