Selasa, 27 Februari 2018

Tito Karnavian, True Love Indonesia

Namanya Muhammad Tito Karnavian, begitu sang ayah, Haji Achmad Saleh menyematkan kepada bayi mungil yang lahir hari Senin Legi tanggal 26 Oktober 1964 bertepatan dengan 19 Jumadil Tsania 1384 tahun Hijriyah.

Nama Tito terinspirasi dari keteguhan dan kehebatan Presiden Yugoslavia, Josip Broz yang dijuluki Tito sehingga lebih dikenal dengan nama Josip Broz Tito. Sementara Karnavian dilatarbelakangi keindahan dan semarak kemegahan karnaval para mahasiswa UNSRI (Universitas Sriwijaya) Palembang yang disaksikan oleh sang ayah ketika lewat di depan Rumah Sakit Charitas, tempat Tito dilahirkan.

Menurut perhitungan Jawa, Senin memiliki sifat indah dan banyak mendapatkan simpati. Legi membawa sifat bertanggung jawab, murah hati, enak dalam pergaulan, selalu gembira seperti tidak pernah susah, sering kena fitnah, kuat tidak tidur malam hari, bicaranya berisi.

Sebagai putra Palembang dia membawa semangat kejayaan Sriwijaya. Namun dalam darahnya mengalir kesantunan dan keluhuran budi pekerti suku Jawa. Dalam jiwanya tertanam keimanan dan keislaman yang teguh yang diturunkan dari ayahnya, Haji Achmad Saleh, juga dari kakeknya, Saleh Mualim.

Sejak kecil, Tito sudah menampakkan sifat seorang pemimpin. Disiplin, cerdas pemberani dan tanggung jawab. Dia seringkali berenang menyeberangi Sungai Musi yang melintas di Kota Palembang. Di sekolahnya Tito selalu juara dan menorehkan prestasi membanggakan.

Tito kecil tentu tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat kelak akan menjadi Kapolri. Meski bisa jadi pernah bercita-cita ingin menjadi polisi. Tito kecil juga tidak pernah bermimpi akan memimpin salah satu institusi terbesar di negeri ini.

Jiwa kepemimpinan Tito remaja dibuktikan dengan terpilihnya sebagai Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) di SMA Negeri 2 Palembang. Tito juga aktif dalam kegiatan Pramuka dan hoby bermain musik serta olah vokal. Kecerdasannya juga teruji dengan selalu menjadi juara di jenjang pendidikan SMA. Bahkan setamat SMA Tito lulus test masuk di empat perguruan tinggi favorit, yaitu Fakultas Kedokteran Unsri, Hubungan Internasional FISIP UGM, STAN dan AKABRI.

Sampai lulus SMA, Tito tidak pernah bercita-cita menjadi polisi, apalagi menjadi Kapolri. Pilihannya pada AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dari empat perguruan tinggi yang menerimanya adalah karena pertimbangan praktis soal biaya dan ingin meringankan beban orang tuanya.

Ibu kandung Tito, Hajjah Kardilah, yang seorang bidan menginginkan anaknya kuliah di Fakultas Kedokteran agar menjadi dokter. Tapi Tito remaja malah berkata, "Nanti ibu keluar banyak uang untuk biaya. Tito tidak mau jadi beban,” ujar Kardiah. Alasan yang sama juga dikemukakannya kepada sang ayah. Jika dia memilih masuk universitas, tanggungan orang tuanya akan amat berat. Selain uang kuliah, juga sewa kamar kos dan uang makan/saku bulanan. Sementara jika memilih AKABRI / AKPOL (Akademi Kepolisian), semua biaya itu tak perlu ditanggung orangtuanya.

Tito adalah anugerah yang menjadi inspirasi para orang tua. Banyak ibu-ibu yang menanyakan resep agar memiliki anak cerdas dan hebat kepada Hajjah Kardilah, ibu Tito. Tito adalah karunia yang diturunkan Tuhan untuk masyarakat Sumatera Selatan dan Indonesia.

Kehebatan dan kecerdasan Tito berlanjut hingga masa pendidikan di AKPOL Semarang. Bahkan keistimewaan Tito pernah diungkap oleh seorang paranormal dari Beijing, China ketika dia pulang cuti bersama temannya. Saat itu Tito bersama 10 orang temeannya pulang naik kereta api, tanpa sengaja bertemu dengan paranormal tersebut yang mengatakan bahwa dari 10 taruna hanya Tito yang di keningnya terlihat ada sinar.

Selain itu, saat akan dilantik lulus taruna AKPOL, malam harinya nenek Tito bermimpi, Tito berjalan paling depan memegang bendera. Dan ternyata, esok harinya, 18 Juli 1987, pada upacara Prasetya Perwira Remaja Akabri di Istana Negara, Presiden Soeharto melantik dan menyematkan penghargaan Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol, 1987) kepada Tito. Tito putera Sumsel pertama yang meraih Adhi Makayasa Akabri-Akpol.

Tito adalah terbaik dari yang terbaik. Para perwira remaja AKPOL adalah pemuda-pemuda pilihan yang diseleksi dengan ketat dari seluruh Indonesia. Proses pendidikan dan pelatihan yang sangat berat untuk melahirkan calon-calon pemimpin bangsa.

Masa dinas Tito di kepolisian juga dipenuhi dengan prestasi dan penghargaan. Kenaikan pangkat luar biasa berkali-kali didapatkan Tito atas prestasinya mengungkap kejahatan. Penangkapan Tommy Soeharto sebagai tersangka kasus pembunuhan Hakim Agung, Syafiuddin Kartasasmita (November 2001), penggerebekan gembong teroris Dr. Azahari di kawasan wisata Batu, Malang (November 2005), dan aksi heroik penanganan teror Bom Thamrin (Januari 2016).

Tito adalah penyandang bintang tiga pertama di angkatannya, lulusan AKPOL 1987. Tito adalah bintangnya para bintang. Prestasi akademik nya juga sangat mentereng. Tito adalah penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik PTIK 1996, dan penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhannas terbaik 2011. Tito juga menyelesaikan pendidikan Sesko di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (1998); Sespim Pol, Lembang (2000).

Tito juga berhasil meraih gelar akademis Master of Arts (MA) bidang Studi Kepolisian dari University of Exeter, UK (1993); Bachelor of Arts (BA) bidang Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998), dan Ph.D (doctor) bidang Studi Strategis tentang Terorisme dan Radikalisasi Islam di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore, dengan predikat magna cum laude (2013).

Tito adalah keajaiban di tubuh Korps Bhayangkara. Di dilantik menjadi Kapolri dengan melewati 4 angkatan diatasnya dengan menggantikan Jenderal Badroddin Haiti yang angkatan 1982, pada 13 Juli 2016. Salah satu Kapolri termuda selain Jenderal Soekanto Tjokrodiatmodjo (1945-1959), Kapolri pertama dan terlama, dilantik pada usia 37 tahun.

Tito adalah kebanggaan Indonesia. Pelantikannya sebagai Kapolri menorehkan banyak rekor dan membawa harapan baru institusi kepolisian. Tito adalah calon tunggal yang diajukan Presiden Joko Widodo. Tito lulus fit and proper test dalam sidang paripurna DPR dengan sangat memuaskan. Masyarakat Indonesia memberi apresiasi positif dan menaruh ekspektasi yang tinggi kepada Tito Karnavian.

Tito bukan hanya pilihan Presiden, bukan hanya disetujui DPR sebagai representasi rakyat Indonesia. Tito adalah pilihan Tuhan untuk Indonesia. Takdir dan ketetapan-Nya yang mengantarkan Tito pada posisi saat ini. Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang memilihkan Tito untuk memimpin Korps Tribrata. Tentu saja Tuhan telah memperhitungkan dan mempertimbangkan keputusannya. Tuhan tahu mana yang tepat dan terbaik untuk bangsa ini. Tuhan tahu siapa yang layak dan kuat mengemban amanah ini.

Demikian yang tertulis, demikian yang terjadi. Indonesia memasuki era baru, era yang orang sebut sebagai jaman edan. Era dimana manusia dipenuhi dengan kebencian dan permusuhan. Era dimana fitnah dan sumpah serapah merajalela. Era dimana kebohongan lebih dipercaya dari pada kebenaran.

Kehebatan, keteguhan dan ketangguhan Tito diuji disini. Kejayaan Sriwijaya, darah keluhuran Jawa serta spirit agama yang mengalir dalam diri Tito harus terbukti. Kecerdasan, kesabaran, keberanian dan kedewasaan seorang Tito Karnavian mendapatkan lawan berat saat ini.

Sudah selesai segala macam sanjungan, pujian dan penghargaan diterima Tito. Datanglah berbagai macam fitnah, bully dan caci maki setiap hari. Terjangan badai dan topan datang silih berganti. Anggota Dewan, para pengamat dan masyarakat yang sebelumnya menyanjung dan memuji berbalik memusuhi penuh rasa benci.

Tapi Tito adalah Tito, bintangnya para bintang, terbaik dari yang terbaik, penakluk Sungai Musi yang terpilih. Tuhan sudah mempersiapkan Tito untuk menghadapi situasi ini. Di tengah kebencian dan permusuhan sebagian masyarakat tersimpan harapan perbaikan kondisi negeri. Di tengah kekecewaan sebagian masyarakat kepada institusi polri, tersimpan kebutuhan untuk melindungi dan melayani.

Terbukti, Tito tak bergeming dengan banyaknya hujatan dan pelecehan yang datang tiap hari. Tito tetap komit dan konsisten membawa polri menjadi institusi yang disegani. Konsolidasi, kordinasi, komunikasi dan semangat motivasi terus digemakan kepada seluruh jajaran polri. Silaturahim, pelayanan dan jalinan kasih sayang terus dibangun dengan semua elemen di bawah naungan NKRI.

Jauh di lubuk hati terdalam, Tito tetaplah manusia, yang memiliki perasaan dengan segudang kelemahan. Jika boleh memilih, mungkin Tito lebih bahagia menjadi rakyat biasa yang jauh dari gunjingan dan sorotan media. Jika bisa meminta mungkin Tito lebih tenang berkumpul bersama keluarga tercinta.

Tapi Tuhan sudah memilih, takdir telah tergelar dengan sempurna. Tito dengan seluruh jajaran prajurit Bhayangkara tetap dibutuhkan dan dirindukan kehadirannya. Tito adalah harapan akan adanya perubahan dan keamanan negara. Dia kesayangan dan kecintaan bangsa. Tito Karnavian, True Love Indonesia !!!

Yogyakarta, 28 Februari 2018
Arief Luqman El Hakiem (Bhyangkara Indonesia News, Maspolin dan Blogger Polri).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar