Cari Blog Ini

Selasa, 19 Juni 2018

7 FAKTA PDI-P DI JAWA BARAT !

"Jabar adalah Kuburan Banteng, Cagub dan Capres dari PDI-P selalu Keok di Bumi Parahyangan"

Keputusan Presiden Joko Widodo yang menunjuk Jenderal Polisi aktif, Komjen. Pol. Mochammad Iriawan, sebagai PJ Gubernur Jawa Barat terus menuai pro-kontra. Dugaan bahwa kepentingan partai dan ambisi politik menjadi latar belakang kengototan Jokowi dengan keputusannya, tentu masuk akal. Jokowi dan PDI-P berkepentingan memenangkan jagoannya di Pilgub Jabar tahun ini.

Jargon "Jawa Adalah Kuncinya" kiranya tidak berlebihan, partai yang berhasil memenangkan pemilu di Pulau Jawa, dipastikan berjaya secara nasional. Tahun ini, 2018, tiga provinsi besar di Jawa (Jabar, Jateng, Jatim) akan menggelar Pemilihan Gubernur secara serentak 27 Juni besok.

Sebagai partainya penguasa, PDI-P tentu berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaan dengan memenangkan jagoannya. Pada Pilgub sebelumnya, 2017, PDI-P telah kehilangan kesempatan dan dipermalukan di dua provinsi di Jawa, yaitu Banten dan DKI Jakarta. Dua jagoannya, Rano Karno (Banten) dan Basuki Tjahaja Purnama (DKI Jakarta) dipecundangi lawan-lawannya, padahal keduanya adalah petahana.

Provinsi Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota. Hasil penghitungan KPU Jawa Barat pada Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi dan Penetapan DPT Pilgub Jabar 2018 yang berlangsung di Trans Luxury Hotel, Sabtu (21/4), menetapkan jumlah pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 31.735.133 orang.

Ada 10 Fakta Unik keberadaan PDI-P di Jawa Barat, baik dalam gelaran Pilgub tahun 2018 maupun Pemilu sebelum2nya. Berikut daftarnya ;

1. Di Jawa Barat, PDI-P sebagai Penantang

Khusus di Jabar, PDI-P berposisi sebagai penantang, dengan mengusung Tubagus Hasanuddin yang berpasangan dengan Anton Charliyan. Di Jatim, PDI-P mengusung petahana, Saifullah Yusuf berpasangan dengan Puti Guntur Soekarnoputra. Di Jateng juga mengusung petahana, Ganjar Pranowo didampingi Taj Yasin dari PPP.

2. Di Jawa Barat, PDI-P Berjuang Tanpa Koalisi

Di Jateng dan Jatim, PDI-P menjalin koalisi dengan partai lain,  namun di Jabar PDI-P penuh percaya diri mengusung Tubagus Hasanuddin - Anton Charliyan tanpa berkoalisi.

3. Jawa Barat Medan Laga Terpanas dan Terberat Bagi PDI-P

Jawa Barat adalah medan panas dan paling kompetitif. Sejak  Gubernur dipilih secara langsung, Pilgub Jabar selalu diramaikan lebih dari dua pasangan calon.

Pilgub tahun ini, 2018 diikuti oleh 4 pasangan calon, yaitu Tubagus Hasanuddin - Anton Charliyan diusung PDI-P ; Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi, diusung Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat ; Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul Ulum diusung PPP, PKB, NasDem, dan Hanura ; Sudrajat - Ahmad Syaikhu diusung Gerindra, PKS, dan PAN.

Pilgub 2013 terdapat 5 pasang kandidat yang bersaing, yaitu Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar diusung PKS, PPP, dan Hanura; Dede Yusuf - Lex Laksamana diusung oleh Partai Demokrat, PAN) dan PKB; Dikdik Mulyana Arief Mansur - Cecep Nana Suryana Toyib berlaga secara independen; Irianto MS Syafiuddin - Tatang Farhanul dari Partai Golkar ; dan Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki diusung PDIP.

Pilgub 2008 terdapat 3 pasangan calon, yaitu Danny Setiawan - Iwan Sulandjana (DA'I) diusung oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat ; Agum Gumelar - Nu'man Abdul Hakim (AMAN) diusung PDI-P, PPP,
PKB, PKPB, PBB, PBR dan PDS ; dan Ahmad Heryawan - Dede Yusuf (HADE) diusung PKS dan PAN.

4. Sejak Era Reformasi '98 Cagub PDI-P Selalu Keok di Jabar

Tahun 2013 Cagub PDIP, Rieke – Teten  hanya meraih 28,41 % (5.714.997 suara), dipecundangi jago dari PKS (Aher – Deddy) dengan 32,39% (6.515.313 suara).

Tahun 2008 Agum – Nu'man dari PDI-P meraih 6.217.557 suara (34,55 %) kalah dari Heryawan – Dede dari PKS dan PAN dengan 7.287.647 suara (40,50 %).

Tahun 2003 ketika masih dipilih oleh DPRD, pasangan Tayo Tarmadi-Rudy Harsa Tanaya dari PDI-P hanya meraih 39 suara, kalah dari pasangan Danny Setiawan-Nu’man Abdul Hakim yang diusung Golkar-PPP meraih 49 suara.

5. Capres PDI-P juga Selalu Kalah di Jabar

Hasil Pilpres 2014 di Jawa Barat pasangan Prabowo-Hatta unggul dengan perolehan suara 14.167.381 (59,78 %). Sementara pasangan Jokowi-JK dari PDI-P mendapat suara 9.530.315 (40,22 %).

Pilpres 2009 di Jawa Barat, SBY-Boediono meraih 14.385.202 suara (65,07 %). Disusul pasangan Mega-Prabowo dengan 5.793.987 suara (26,21 %). Sementara pasangan JK-Wiranto meraih 1.925.533 suara (8,71%).

Hasil Pilpres 2004 putaran kedua di Jawa Barat pasangan Mega - Hasyim dari PDI-P hanya meraih 7.825.251 suara (37,2 %), sedang pasangan SBY - JK memperoleh 13.186.776 suara (62,8 %).

6. PDI-P Dua Kali Menang Pemilu Legislatif Tapi Selalu Kalah di Pilgub dan Pilpres

Sejak era Reformasi 1998, PDI-P tercatat dua kali memenangi Pemilu Legislatif, yaitu tahun 1999. Kemudian tahun 2014 PDI-P meraih 4.159.404 (19,63%), Golkar 3.540.629 (16,71%), Gerindra 2.378.762 (11,22%). Pada pemilu tahun 2004 PDI-P kalah dari Partai Golkar, sedang tahun 2009 dipecundangi Partai Demokrat.

7. Jagoan PDI-P pada Pilgub Jabar 2018 Keduanya Purnawirawan Jenderal

Pasangan Cagub dan Cawagub yang diusung PDI-P di Pilgub Jawa Barat adalah purnawirawan jenderal bintang dua semua. Tubagus Hasanuddin adalah purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Pernah menjadi ajudan Wapres Try Sutrisno (1996), ajudan Presiden BJ Habibie (1998-1999), dan Sekretaris Militer Presiden Kepresidenan Republik Indonesia (2001-2005).

Sedangkan Anton Charliyan adalah mantan Kapolda Jabar (2016-2017). Bernama lengkap Irjen Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N. Anton lahir di Tasikmalaya, 29 November 1960. Jabatan terakhir di Polri sebagai Wakalemdiklat Polri dan Analis Kebijakan Utama Sespimti Lemdiklat Polri.

Disamping 7 Fakta diatas, ada 3 fakta lain yang tidak kalah menarik, yaitu seputar PJ Gubernur Jabar, Komjen. Pol. M. Iriawan dan Cawagub yang diusung PDI-P, Irjen. Pol. (Purn.) Anton Charliyan.

8. M. Iriawan dan Anton Charliyan adalah kolega di Institusi Polri dan kawan satu angkatan, sesama lulusan AKPOL (Akademi Kepolisian) Semarang tahun 1984. Hanya saja Anton Charliyan mengajukan pensiun karena mendaftar sebagai Cawagub Jabar.

9. Kedua Jenderal Polisi  tersebut sama-sama pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat. Pertama, Komjen. Pol. Drs. Mochamad Iriawan , S.H., M.M., M.H. menjadi Kapolda Jabar pada periode 6 Desember 2013 sampai 16 Juni 2015), sementara Irjen. (Purn.) Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N. menjadi Kapolda Jabar dari 12 Desember 2016 sampai dengan 25 Agustus 2017).

10. Terlepas dari semua fakta dan pro-kontra yang ada, secara profesional, Komjen. Pol. M. Iriawan adalah pemimpin yang sudah teruji kemampuan dan netralitasnya dalam mengamankan gelaran Pilgub DKI Jakarta yang sangat berat juga menguras emosi.

Sebagai Kapolda Metro Jaya, Komjen. Pol. Mochammad Iriawan berhasil mengawal ibukota melakukan regenerasi kepemimpinan secara damai dan kondusif.

Jadi, dengan segala dinamika pro-kontra dan hiruk pikuk yang terjadi, kita semua tentu berharap, Pilkada serentak di Provinsi Jawa Barat, baik Pilgub maupun Pilbup / Pilwalkot berjalan lancar dan menghasilkan pemimpin yang amanah.

Salam Damai Indonesia-Ku !

Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar