Cari Blog Ini

Rabu, 26 Oktober 2016

IRONI SABER PUNGLI ; AMBISI MINUS AMUNISI Surat Terbuka Untuk Presiden Republik Indonesia ( Ir. H. Joko Widodo )

Kepada,
Yth. Presiden Republik Indonesia
( tembusan kepada Meneteri PAN-RB, Panglima TNI dan Kapolri )
Di JAKARTA

Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuh…
Semoga keselamatan tercurah atas orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya,

Pak Presiden yang terhormat…
Perkenankan saya menyampaikan uneg-uneg dan isi hati saya terkait gerakan bersih-besih pungutan liar dalam pelayanan pablik yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini.

Saya menulis surat ini bukan karena saya sok tahu ato sok pintar, tetapi sebagai bentuk  kepedulian dn dukungan saya kepada setiap upaya dan program dari pemerintah yang bertujuan baik, menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Pertama-tama, saya mengapresiasi dan ikut mendoakan, atas terbentuknya Satgas Saber Pungli (Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar), yang Anda tuangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016, dan telah Anda tanda tangani, semoga ke depan Indonesia makin baik dan bersih, sehingga rahmat dan berkah Allah SWT dibuka dari pintu langit dan bumi.

Pak Presiden yang terhormat…
Beberapa kasus pungli yang tertangkap tangan selalu melibatkan petugas lapangan di tingkat pelaksana pelayanan publik, baik itu jajaran staf di Dinas Perhubungan, para brigadir di jajaran Polisi Lalu Lintas maupun para staf di Badan Perijinan.

Bukan bermaksud menggurui atau meng-kuliahi, menurut saya pungli adalah culture yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia. Terjadinya pungli bukan mutlak kesalahan para petugas pelayanan publik, tetapi lebih merupakan kesempatan dan kesepakatan. Pungli adalah transaksi yang melibatkan dua pihak. Pengendara sepeda motor yang melanggar seringkali menawarkan “uang damai” agar tidak perlu sidang atau membayar denda dibawah ketentuan. Para sopir truk memberikan pelican agar muatan yang melebihi tonase dapat lolos dari jembatan timbang. Para pembuat SIM memilih lewat jalur belakang agar tidak perlu ujian dan mengantri.

Jadi, untuk memberantas pungli perlu juga mereformasi mental masyarakat kita agar taat hukum dan prosedur, siap antri dan tidak lagi menggoda petugas dengan tawaran uang damai.

Pungli juga mirip dengan suap, seringkali karena keserakahan masyarakat dalam hal ini pengusaha. Untuk mendapatkan quota yang lebih besar dalam impor barang seperti gula, daging dan komoditas kebutuhan lainnya, mereka menyuap para pembuat kebijakan. Untuk memenangkan tender proyek, para pengembang menyuap panitia lelang. Itulah kenapa pungli adalah kesempatan dan kesepakatan, kesepakatan untuk berbuat jahat dan melanggar peraturan. Jadi kalau para pelaku pungli dikenai sanksi, para pemberi dari kalangan masyarakat pun harus mendapat sanksi juga.

Pak Presiden yang terhormat…
Jika kita mau jujur, pungli ini terjadi tidak hanya melibatkan para petugas dengan masyarakat. Pungli juga terjadi antara atasan kepada bawahannya. Pungli terjadi karena tuntutan kebutuhan dan keterpaksaan. Gaji dan tunjangan yang tidak memadai sering menjadi alasan para staf dan petugas di lapangan melakukan pungli. Biaya operasional yang tidak mencukupi juga merupakan alasan lainnya.

Pada saat yang sama, tradisi upeti dan setoran dari bawahan kepada atasan juga ikut menyumbang maraknya budaya pungli. Mekanisme rotasi dan promosi jabatan yang tidak transparan juga berpotensi terjadinya pungli. Sudah rahasia umum bahwa para atasan yang menentukan kebijakan rotasi dan promosi jabatan sering melakukan pungli kepada bawahannya dengan kompensasi kenaikan pangkat dan iming-iming jabatan strategis.

Faktor di luar kinerja dan kompetensi justru yang menjadi pertimbangan utama dalam merotasi dan mempromosikan pegawai. Pegawai yang pintar melayani atasannya dan rajin mengirim upeti biasanya lebih cepat karirnya. Belum lagi kebiasaan para pejabat yang meminta pelayanan lebih ketika melakukan kunjungan ke daerah. Sambutan dan fasilitas diatas standar memerlukan biaya tinggi dan anggaran lebih. Ditambah turut serta istri pejabat dengan hoby shoping-nya, membuat para pegawai di daerah kalang kabut menyiapkan anggaran ekstra untuk untuk meng-entertaint.

Faktor-faktor di atas ikut menyumbang tumbuh suburnya budaya pungli. Sehingga pungli tidak hanya dilakukan oleh para petugas yang melakukan pelayan publik, tetapi juga oleh para atasan kepada bawahannya. Para staf mengambil dari masyarakat untuk melayani dan memuaskan pejabat atau atasannya.

Pak Presiden yang terhormat…
Saya teringat credo dari tokoh bangsa, Kyai Haji Agus Salim, Leiden is Lijden (memimpin adalah menderita), memimpin adalah melayani bukan dilayani, pemimpin adalah pelayan. Dalam struktur kepemimpinan kita mengenal ada hirarki, mulai dari top leader/ top manager (pimpinan puncak /tertinggi), medium manager (pimpinan menengah), low manager (pimpinan terendah) baru petugas dan staf yang memimpin dan melayani secara langsung kebutuhan masyarakat.

Di instansi pemerintahan, low manager ini mungkin para supervisor, kasi dan kasubag, medium manager adalah para kabag sedangkan top managaer adalah kepala departemen sampai ke presiden. Di jajaran kepolisian, juga ada hirarki dari kasi, kasubag, kasat, kapolres, kapolda, kapolri hingga ke presiden.

Jika kita mengikuti credo KH Agus Salim, maka seharusnya setiap jenjang kepemimpinan adalah pelayan bagi jenjang di bawahnya. Presiden adalah pemimpin para menteri, artinya pelayan yang wajib malayani kebutuhan menterinya. Menteri adalah pelayan dirjen dan direktur, dirjen pelayan kabag, kasubag dan kasi. Kabag adalah pelayan para staf dan petugas lapangan. Staf dan petugas adalah pelayan yang wajib melayani masyarakat. Dalam institusi polri juga demikian. Kapolri adalah pelayan kepala divisi, direktur dan kapolda. Direktur dan kapolda adalah pelayan kabag /kabid dan kapolres. Kapolres adalah pelayan para kasat dan kabag. Kasat adalah pelayan staf dan petugas lapangan. Staf dan petugas lapangan inilah yang secara langsung melayani masyarakat.

Prinsip memimpin adalah melayani harus dimulai dari atas. Seorang presiden harus melayani dan mencukupi kebutuhan anak buahnya agar anak buah dengan bahagia dan semangat melayani masyarakat. Panglima TNI dan Kapolri juga harus mencukupi kebutuhan dan membela kepentingan para parjurit agar mereka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Jangan dibalik…!!!

Pak Presiden yang terhormat…
Jika rerformasi birokrasi dan revolusi mental para pejabat ini betul-betul diterapkan, maka budaya pungli dan suap akan mudah dihilangkan. Namun jika kebutuhan dan kepentingan para bawahan diabaikan maka yang terjadi adalah munculya rasa frustasi dan demotivasi. Para bawahan yang menjadi petugas pelayanan akhirnya menjadi pihak yang terjepit dan tergencet, disatu sisi harus memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, pada saat yang sama juga harus melayani atasannya, sementara kebutuhannya tidak tercukupi sebagaimana mestinya.

Menurut saya, Gerakan Saber Pungli memerlukan pra-kondisi untuk menjamin keberhasilan yang memuaskan. Yang pertama adalah Revolusi Mental para pejabat dan rakyat. Rakyat harus mulai dipaksa taat aturan, ikut prosedur dan menanamkan budaya antri. Mindset para para pajabat harus diubah, bahwa kepemimpinan adalah amanah dan pelayanan, menjadi pemimpin itu melayani bukan dilayani.

Kedua, reformasi birokrasi secara total. Dimana sejak proses rekriutmen hingga rotasi dan mutasi harus transparan dan bebas dari upeti dan setoran. Para pejabat tidak boleh lagi menuntut pelayanan lebih ketika mengadakan kunjungan ke daerah, tidak ada anggota keluarga dan para istri yang berbelanja dengan uang negara.

Ketiga, pemerintah harus meninjau ulang gaji dan remunerasi para pegawai sehingga tercukupi kebutuhan dengan layak. Tidak ada lagi alasan mencari uang tambahan untuk menutup kebutuhan.

Keempat, seluruh infrastruktur dan perangkat teknologi untuk pelayanan publik harus disiapkan dengan anggaran negara sehingga kualitas pelayan merata di setiap lini dan instansi.

Pak Presiden yang terhormat…
Suatu program tanpa persiapan matang hanya akan berhenti pada pencitraan. Gerakan Sapu Bersih Pungli tanpa pra-kondisi ibarat "ambisi minus amunisi".

Bapak Panglima TNI dan Bapak Kapolri yang terhormat…
Jangan korbankan dan permalukan para prajurit di lapangan dengan banyaknnya kasus tangkap tangan. Mereka dituntut bersih dan prima dalam pelayanan, namun kebutuhan dan kepentingan mereka diabaikan. Marilah saling menunaikan kewajiban agar gerakan bersih-bersih ini membuahkan hasil gemilang. Kita semua merindukan tatanan masyarakat yang tertib, teratur dan beradab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pak Presiden yang terhormat…
Demikian surat terbuka saya, ada salah dan khilafnya, saya mohon maaf…

Jakarta, Kamis Kliwon 27 Oktober 2016 M / 26 Muharam 1438 H
Hormat saya,
Arief Luqman el Hakiem

Minggu, 25 September 2016

ABIMANYU ; Kesatria yang Dikorbankan

JAKARTA- (26/9/2016) Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana.

Ia merupakan putra Arjuna , salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi
Subadra , putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada.

Abimanyu merupakan makhluk kekasih dewata . Sejak dalam kandungan ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Dikisahkan bahwa karena pertapaannya yang khusyuk, Abimanyu mendapatkan Wahyu Makutha Raja, yaitu wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yang akan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina.

Dalam pewayangan, Abimanyu adalah tokoh yang mempunyai sifat dan watak yang halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Pendidikan militernya diajarkan langsung oleh ayahnya, Arjuna.

Sedangkan ilmu kebatinannya ia dapatkan dari kakeknya, Bagawan Abiyasa . Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah mengalahkan Prabu Jayamurcita.

Abimanyu turut serta membela ayahnya dalam perang di Kurukshetra, yang menjadi klimaks wiracarita
Mahabharata. Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi tempur melingkar yang dikenal sebagai Cakrabyuha.

Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna tahu bagaimana cara mematahkan berbagai formasi tempur. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Susarma dari Trigarta dan laskar Samsaptaka yang dikenal tahan banting.

Karena Pandawa telanjur menerima tantangan tersebut, mereka tidak memiliki pilihan selain menaruh harapan kepada Abimanyu yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrabyuha, namun tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya.

Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mengawal Abimanyu dan membantu sang pemuda keluar dari Cakrabyuha.

Para Pandawa selain Arjuna, yg notabene Paman Abimanyu tahu betul bahwa sang kemenakan belum menguasai taktik keluar dari formasi Cakrabyuha, sehingga tidak mungkin selamat.

Namun sang Paman, Yudhistira meyakinkan kepada Abimanyu. “Anakku, Mahaguru Drona hari ini akan menyerang kita secara besar-besaran. Ayahmu telah berangkat ke medan pertempuran di selatan. Kalau dia tak ada, kita bisa dikalahkan musuh dan itu akan menjadi malapetaka besar bagi kita. Tidak seorang pun di antara kita yang akan mampu menembus formasi Drona, kecuali ayahmu dan mungkin engkau. Paman berharap, engkau bersedia melakukan tugas ini,” kata Yudhistira kepada Abhimanyu.

“Ya, Paman, aku bersedia melakukannya. Ayah pernah mengajarkan cara menembus formasi seperti itu, tetapi aku belum pernah mempelajari cara keluarnya,” jawab kesatria muda itu.

“Anakku yang gagah berani, tembuslah formasi yang kokoh itu dan buatlah jalan masuk agar kami dapat mengikutimu dari belakang.

Selanjutnya, kami semua akan membantumu,” tambah Yudhistira .
Pendapat Dharmaputra didukung Bhimasena, yang harus segera menyusul kemenakannya jika Abhimanyu telah berhasil masuk ke dalam formasi kembang teratai itu. Di belakang Bhimasena akan menyusul Dristadyumna, Satyaki, Raja Panchala, Raja Kekaya, dan pasukan Kerajaan Matsyadesa.

Ingat akan ajaran ayahnya dan Krishna serta meresapkan dorongan semangat dari paman-pamannya, Abhimanyu berkata, “Baiklah, aku akan memenuhi harapan ayahku dan pamanku. Kupertaruhkan keberanian dan nyawaku demi kemenangan Pandawa.”

Kita semua tahu, akhirnya Abimanyu gugur dalam peperangan tersebut. Ia maju sendirian ke tengah barisan Korawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang disiapkan musuhnya.

Korawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena berbagai senjata menancap di tubuhnya.

Sahabat Indonesia tercinta...

Di gelaran pemilihan pemimpin di Indonesia, baik pilpres maupun pilkda banyak Satria yg sengaja dikorbankan seperti Abimanyu. Demi memenuhi ambisi kekuasaan dan ketamakan dunia, para pendukung ini tega mendorong-dorong seseorang utk maju memperebutkan jabatan. Baik presiden, gubernur, bupati maupun walikota.

Para pembisik ini tau betul kekuatan dan kemampuan jagoannya, peluang menangnya sangat tipis. Tapi mereka memaksakan diri sambil berharap keajaiban. Pada akhirnya Sang Ksatria hanya menjadi tumbal yang gugur di medan pilkada atau pilpres.

Ketika hati sudah tertutup jiwa serakah maka apapun akan dikorbankan, bahkan orang yang disayang sekalipun.

Ya Tuhan, kami berlindung dari sifat yang demikian. Jauhkan kami dari sifat tamak dan serakah.

Salam #DamaiIndonesiaKoe (Arif Yuswandono).

Sabtu, 17 September 2016

IWAN BULE ; Kepala Sekolah yang Menjadi Kapolda Metro Jaya

IWAN BULE ; Kepala Sekolah yang Menjadi Kapolda Metro Jaya

JAKARTA- (17/9/2016) Namanya Mochamad Iriawan, biasa dipanggil Iwan Bule. Karena sosoknya yg jangkung, berkulit putih dg hidung mancung, mirip orang bule.

Saya mengenal beliau sejak menjabat sbg Kepala Sekolah di Sekolah Polisi Negara (SPN) Purwokerto dg pangkat Kombes Pol (Komisaris Besar Polisi) pada tahun 2006. Iwan Bule, yg skr menyandang bintang dua dg pangkat Inspektur Jenderal, adalah sosok yg ramah, sederhana dan tdk segan membaur dg berbagai kalangan.

Saya pernah menjadi instruktur beladiri utk siswa2 SPN Purwokerto. Sosok Iwan Bule memiliki kesan tersendiri di kalangan instruktur dan siswa SPN Purwokerto yg sdg menempuh pendidikan kala itu.

Beliau dekat dg para siswa, bahkan tdk jarang bersama para siswa SPN menikmati menu makan sederhana dg piring yg sama. Tak ayal linangan air mata bercucuran dr ratusan siswa SPN yg kala itu didominasi anak2 muda asal Papua.

Iwan Bule berhasil menanamkan kesan kpd para siswa bahwa sekolah polisi itu mengasyikan, bukan menyeramkan. Iwan Bule jg dikenal dekat dan akrab dg kalangan wartawan dan media, baik cetak maupun elektronik. Beliau biasa duduk ngopi bersama para jurnalis dan masyarakat umum sambil menikmati mendoan, makanan khas Banyumas.

Prestasi Iwan Bule, kembali tercatat ketika tanggal 31 Maret 2010 berhasil membawa pulang buronan kasus pajak, Gayus Tambunan, dr Singapura. Dg berbekal foto dan no HP, Iwan Bule dg 7 anggota timnya bergerak mencari, mengikuti dan mengatur strategi utk bs memulangkan buronan.

Keberhasilan Iwan Bule menjadi kado istimewa di hari ulang tahunnya yg tepat jatuh pd tanggal 31 Maret.

Iwan Bule menggunakan pendekatan kemanusiaan dlm mengemban amanah dan memakai cara2 persuasif dlm menyelesaikan setiap persoalan. Ini dibuktikan ketika th 2012 beliau menjabat sbg Kapolda Nusa Tenggara Barat. Ujian terbesar Iwan Bule adl ketika bulan Oktober 2012 terjadi konflik di tiga titik di NTB, yaitu di Lombok Barat, Tengah dan Timur. Padahal sebelumnya Sumbawa jg diguncang konflik antar warga dr desa Roi dan Roka Kabupaten Bima.

Iwan Bule selalu turun ke lapangan dlm mengatasi konflik. Bahkan beliau smp membatalkan presentasi di hadapan presiden SBY demi mengamankan situasi di NTB.

Krn prestasi nya, Iwan Bule diberi kepercayaan menjabat Kapolda Jawa Barat dg pangkat Inspektur Jenderal Polisi. Prestasi terbesarnya di Jabar adl mengamankan jalannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika di Bandung, dimana puluhan Kepala Negara, perdana menteri dan tokoh2 penting dunia hadir.

Sebelum memegang tongkat komando Polda Metro Jaya (PMJ), Iwan Bule pernah menjabat sbg Kepala Divisi Hukum Mabes Polri. Saya makin intens komunikasi dan koordinasi, krn sbg penulis dan wartawan media polri yg bernaung dibawah DivKum Mabes Polri, dimana beliau adl pelindung dan pembinanya.

Kini, Kepala Sekolah itu akan memegang amanah yg pernah diemban Jenderal Tito Karnavian, yg skr menjadi Kapolri. Sebuah tanggung jawab yg ringan, krn awal tahun 2017 DKI Jakarta akn menggelar hajat politik, memilih Gubernur utk periode 2017-2022.

Semoga saudara, abang dan senior, Irjen. Pol. Drs. Mochamad Iriawan, SH, MM, MH mampu mengemban tugas dg amanah, membawa ibu kota aman tentram dan damai. Selamat Bertugas Jenderal..

http://bhindo-news.blogspot.co.id/2016/09/iwan-bule-kepala-sekolah-yang-menjadi.html?m=1

(Arif Yuswandono / Bharindo News).

Senin, 12 September 2016

Analisis Bingkai (Framing Analysis)

Analisis framing adalah salah satu metode analisis media , seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik . [1] Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita . [1]

Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu. [2]

Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. [3] Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. [3] Hal ini sangta berkaitan dengan pamakaian diksi atau kata, kalimat, gambar atau foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. [3]

Analisis framing digunakan untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lainnya) yang dilakukan oleh media massa. [3] Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang berarti realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. [3] Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak. [3] Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar, sehingga dapat dilihat bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya meiliki kebijakan politis tersendiri. [3]

Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi . [4] Dari sosiologi terutama sumbangan pemikiran Peter L. Berger dan Erving Goffman , sedangkan teori psikologi terutama berhubungan dengan skema dan kognisi . [4]

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis . [4] Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. [4] Konsep konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif , Peter L. Berger . [5] Menurut Berger, realitas itu tidak dobentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan . [4] Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. [4]

Model Analisis Framing

Analisis framing memiliki banyak model, antara lain model Murray Edelman, Robert N. Etman, William A. Gamson maupun Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. [4]

Murray Edelman
Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang banyak menulis mengenai bahasa dan simbol politik dalam komunikasi. [4] Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi: pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula dapat menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. [4]

Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam memengaruhi pikiran dan kesadaran publik . [4] Dalam memengaruhi kesadaran publik , kategorisasi lebih halus dibanding propaganda . [4] Kategorisasi merupakan salah satu gagasan utama dari Edelman yang dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. [4] Untuk itu, dalam melihat suatu peristiwa, elemen paing penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi atas peristiwa. [4]

Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media . [4] Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun oleh media massa. [4] Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. [4]

Selain itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. [4] Dengan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. [4]

William A. Gamson
William A. Gamson adalah seorang sosiolog yang menaruh minat besar pada tudi media , dan salah satu ahli yang paling banyak menulis tentang framing. [4] Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi yang lain. [4] Menurut Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. [4]

Sebagai sosiolog , titik perhatian Gamson terutama pada studi mengenai gerakan sosial , perhatiannya pada studi gerakan sosial mau tidak mau menyinggung studi media , karena media merupakan elemen penting dari gerakan sosial . [4] Jika dikaitkan dengan framing, Gamson berpendapat bahwa dalam suatu peristiwa, framing berperan dalam mengorganiasi pengalaman dan petunjuk tindakan, baik secara individu maupun kolektif. [4] Dalam pemahaman ini, frame tuntu saja berperan dan menjadi aspek yang menentukan dalam partisipasi gerakan sosial . [4] Misalnya media massa membingkai sebuah peristiwa, sehingga khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu dan memiliki tujuan bersama. [4]

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini adalah model yang paling populer dan banyak dipakai. [4] Bagi Pan dan Kosick, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif . [4]
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. [4]

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan, pertama adalah konsepsi psikologi , dan kedua adalah konsepsi sosiologis . [4]

Framing dalam konsepsi psikologis lebih menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya, atau berkaitan dengan struktur dan proses kognitif seseorang dalam mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. [4] Sedangkan Framing dalam konsepsi sosiologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat konstruksi sosial atas realitas. [4]

Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas luar dirinya. [4] Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi karena sudah ditandai dengan label tertentu. [4]

Dalam analisis framing model ini memiliki 7 perangkat utama, yaitu[4] :
1. Skema berita.
2. Kelengkapan berita.
3. Detail.
4. Koherensi.
5. Bentuk kalimat.
6. Kata ganti.
7. Leksikon.
8. Grafis.
9. Metafora.


Referensi
1. ^ a b Sobur. Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2. ^ Sudibyo. Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana . Yogyakarta: LkiS.
3. ^ a b c d e f g Kriyantoro. Rachmat. 2006. TEKNIK PRAKTIS RISET KOMUNIKASI . Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa
ab ac ad ae af ag ah Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS
5. ^ M. Poloma. Margaret. 1984. SOSIOLOGI KONTEMPORER . Jakarta: CV Rajawali

Angle Berita

ANGLE Berita ( news angle ) adalah sudut pandang ( poin of view ) wartawan terhadap sebuah peristiwa atau kasus. Sudut pandang ini secara teknis menentukan penulisan judul ( head ) dan teras ( lead ) atau alinea pertama naskah berita.

"Kamus" jurnalisme About mendefinisikan news angle sebagai "The angle is the point or theme of a news or feature story. The angle is found in the lede of the story ." (Angle adalah poin atau tema sebuah berita atau feature. Angle ditemukan di teras cerita).

Istilah lain News Angle (Sudut Berita) adalah News Peg (Pasak Berita) , News Hook (Pelatuk Berita), dan Story Hook (Momentum Beirta) yang semuanya mengarah pada pengertian pokok berita, topik atau peristiwa aktual, atau situasi yang menjadi nilai berita ( news value ).

Setiap media atau wartawan memiliki angle berita yang berbeda, tapi bisa juga sama. Namun, jika Anda menemukan berita yang berbeda dengan sumber yang sama, maka hal itu dikarenakan adanya perbedaan sudut berita.

Jadi, news angle akan membedakan isi berita antara satu media dengan media lainnya. Peristiwanya sama, namun karena perbedaan news angle, konten dan pesan beritanya akan berbeda.

Contoh kasus: Kudeta Turki.
Media yang pro-kudeta akan berusaha mencari kelemahan pemerintah Turki dan menggiring opini publik supaya membenarkan kudeta tersebut. Bahkan, setelah kudeta dinyatakan gagal, maka media pro-kudeta akan memilih berita tentang "balas dendam" pemerintah Turki kepada pelaku kudeta.

Media yang pro-pemerintah Turki akan membongkar semua kejahatan pelaku kudeta dan dalangnya, seraya memuji dan mengekspos keberhasilan pemerintahan Turki selama ini.

Penentu Angle Berita

Wartawan memiliki kebebasan dalam menentukan angle berita, sesuai dengan "ideologi jurnalisme" yang dianut dan "kadar keimanan".
Namun, angle berita lebih banyak dikendalikan, dipengaruhi, atau ditentukan oleh kebijakan redaksi ( editorial policy ) media tempat wartawan bekerja.

Pengertian praktis kebijakan redaksi adalah rambu-rambu manajemen media tentang berita yang boleh dan tidak boleh dipublikasikan.
Media pro-pemerintah akan mencari angle yang menaikkan citra pemerintah. Media oposisi akan mencari sisi negatif yang cenderung menjatuhkan citra rezim.

Penulisan Judul dan Lead

Angle berita menentukan judul dan teras berita. Judul biasanya merupakan ringkasan lead dan lead merupakan ringkasan tubuh atau isi berita.

Cara mudah menulis judul dan teras berita adalah menggunakan unsur 5W+1H
Who (Siapa)
What (Apa)
Where (Di Mana)
When (Kapan)
Why (Mengapa)
How (Bagaimana)

Unsur 5W paling sering diletakkan dalam lead
berita.Unsur Who & What paling sering muncul di judul.

Misalnya:
Judul: Polisi Tangkap Pencuri. Polisi = Who. Tangkap Pencuri = What.
Lead: Polisi menangkap pencuri di pasar Selasa (27/7/2016) dengan bantuan warga. Polisi = Who. Menangkap Pencuri = What. Di Pasar = Where. Selasa (27/7/2016) = When. Dengan Bantuan Warga = How. Unsur "Why" tidak ada karena sudah jelas kenapa pencuri ditangkap --karena mencuri atau melakukan tindak pidana pencurian.

Dalam konteks Angle Berita, dalam contoh berita di atas, angle beritanya adalah "keberhasilan polisi menangkap pencuri".

Jika news angle -nya diubah, menjadi partisipasi warga, maka judul dan lead-nya juga akan berubah menjadi:
Judul: Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri
Lead: Sejumlah warga membantu polisi untuk menangkap pencuri di pasar, Selasa (27/7/2016).

Mari kita ubah lagi. Jika angle beritanya "pencuri tertangkap", maka judul dan terasnya akan seperti ini:
Judul: Pencuri Ditangkap Polisi di Pasar
Teras: Seorang pencuri berinisial A ditangkap polisi di pasar dengan bantuan warga, Selasa (27/7/2016).

Lebih jauh, jika news angle -nya fokus pada proses penangkapan, misalnya polisi melakukan tembakan peringatan, maka judul dan leadnya:
Judul: Diwarnai Tembakan Peringatan, Polisi Tangkap Pencuri
Lead: Tembakan peringatan mewarnai penangkapan pencuri di pasar oleh seorang polisi yang dibantu warga, Selasa (27/7/2016).

Contoh-contoh berita di atas kiranya cukup menjelaskan pengertian dan fungsi Angle Berita dan pengaruhnya terhadap penulisan judul dan lead berita. (dari berbagai sumber).

Kamis, 08 September 2016

The Power of Giving

*The Power of Giving*
Fenomena Netizen Polri

💝Ada seorang anak berumur belasan tahun bernama Clark yang pada suatu malam akan menonton sirkus bersama ayahnya.

💝Ketika tiba di loket, Clark dan Ayahnya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari Bapak, Ibu dan 8 orang anaknya.

💝Keluarga tadi terlihat bahagia malam itu dapat menonton sirkus.
Dari pembicaraan yang terdengar oleh Clark dan Ayahnya, ...Clark tahu bahwa Bapak ke-8 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya menonton sirkus malam itu.

💝Namun, ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah Bapak 8 anak tadi nampak pucat pasi.

💝Ternyata uang 40 dollar yang telah dikumpulkannya dengan susah payah, tidak cukup untuk membayar tiket untuk 2 orang dewasa dan 8 anak yang total harganya 60 dollar.

💝Pasangan suami istri itu pun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak2 mereka bahwa malam itu mereka "batal " nonton sirkus karena uangnya kurang.
Sementara anak2 nya tampak begitu gembira dan sudah tidak sabar untuk segera masuk ke sirkus.

💝Tiba2 Ayah Clark menyapa Bapak 8 anak tadi dan berkata:
“Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak”,
sambil menjulurkan lembaran 20 dollar dan mengedipkan sebelah matanya.

💝Bapak 8 anak tadi takjub dengan apa yang dilakukan Ayah Clark.
Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang tadi dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah Clark, dan menyatakan betapa 20 dollar tadi sangat berarti bagi keluarganya.

💝Tiket seharga 60 dollar pun terbayar dan dengan riang gembira keluarga besar itu pun segera masuk ke dalam sirkus.

💝Setelah rombongan tadi masuk, Clark dan Ayahnya segera bergegas pulang.

💝Ya, mereka batal nonton sirkus, karena uang Ayah Clark sudah diberikan kepada Bapak 8 anak tadi.

💝Malam itu, Clark merasa sangat bahagia.
Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tapi telah menyaksikan dua orang Ayah hebat.

💝Kebahagiaan tidak hanya diperoleh ketika menerima pemberian orang, tapi juga pada saat memberi.

💝Ayah Clark telah memberi contoh yang baik kepada anaknya untuk menolong orang dengan cara yang sangat halus dan tidak menurunkan harga diri orang yang ditolong.

🌏 Dunia ini terus berputar, ada kalanya menolong dan adakalanya juga memerlukan pertolongan dari orang.

💖Pertolongan tidak selalu dalam bentuk uang tetapi bisa dalam bentuk-bentuk yang lain yang mungkin saat ini tak terpikirkan.

💗Selama masih ada kesempatan untuk menolong sesama, marilah menolong dengan ikhlas dan tidak berharap imbalan.

Hubungan polri dan netizen layaknya dua orang ayah dlm cerita diatas, mungkin mereka tdk saling mengenal. Tp mereka punya niat yg sama, yaitu melayani dan membahagiakan anak2nya /masyarakat.

Polisi menghadapi hujatan dan cacian. Mereka jarang mndpt pujian utk pengabdian dan pengorbanan yg mereka lakukan.

Para netizen pun bukan tanpa ujian. Tdk jarang para netizen diserang dan dianggap tenaga bayaran. Tuduhan penjilat, cari muka dan lebih ekstrem disebut "anjing" aparat, kerap menghampiri.

Polisi dan netizen adl sama2 ayah utk anak-anak mereka, yakni masyarakat dan orang2 disekitarnya. Meski tdk saling kenal, bahkan tdk perlu saling kenal, namun punya hati dan pikiran yg sama. Kebahagiaan dan kepuasan anak2 tercinta, masyarakat dan rakyat Indonesia.

#PolriBagiNegeri
#PromoterPolri
#HaloDunia
#KopiPojok

Arif Yuswandono (Bharindo News).

Senin, 29 Agustus 2016

AKP Hari Harjanto, SH : Perangi Narkoba Lewat Musik

KEBUMEN – (29/8/2016) Selain jago mengungkap peredaran narkoba di wilayah Kebumen, AKP Hari Harjanto, SH selaku Kasat Narkoba Polres Kebumen banyak yang tidak mengetahui sisi menarik bapak dua anak tersebut, Senin (29/08/2016).

Diluar kesibukanya sebagai polisi berpangkat perwira petama, yang menurut penuturannya masih dalam proses penyelesaiannya tesis tugas akhir sebagai mahasiswa program Magister Litigesi UGM yang didapatkan melalui beasiswa Mabes Polri itu ternyata dirinya mempunyai group musik Keroncong yang belum banyak orang ketahui.

Baru baru ini, group keroncong miliknya yang diberi nama “The Generation” mendapat kesempatan diundang untuk mengisi acara di pendopo Kebumen dalam yang di selenggarakan Pemkab Kebumen.
Group musik yang terdiri dari 10 personel dari latar belakang dan pekerjaan berbeda serta hobby yang sama, menurut pria kelahiran Semarang 1 Januari 1976 itu bukan suatu hambatan untuk berkarya.

Bahkan menurutnya, musik beraliran keroncong yang dibentuk kurang lebih tujuh bulan itu bukan hanya bermusik keroncong.

“Lewat musik yang kami mainkan, kami kampanyekan anti narkoba, dan hasilnya lebih mengena,” ucap Hari yang mempunyai hobi renang itu.

Bermodal ukulele yang dia mainkan bersama group keroncong “The Generation” siap mengkampanyekan anti narkoba sesuai intruksi pimpinan Polri.

Beserta group musiknya, menurut polisi yang lama tugas di Palu Sulawesi tengah, dirinya sangat terbuka jika ada yang akan mengkampanyekan narkoba melalui musiknya. “Siapa lagi yang peduli kepada generasi muda kalo bukan kita sebagai orang tua, masa depan anak muda yang bersih dari narkoba tanggung jawab kita bersama,” ucapnya.

Maka, dengan adanya “The Generation” kami berharap, kampanye anti narkoba lebih diminati, karena lagu yang disajikan merupakan lagu pop yang ngehits saat ini, tutupnya. (Arif Yuswandono /Bharindo News/Humas/reskbm).

#71thRIkerjaNyata
#PolriBagiNegeri
#HaloDunia
#SaveNKRI

Minggu, 28 Agustus 2016

Kita Pernah Punya Hoegeng

Kita Pernah Poenya Hoegeng

JAKARTA - (1/7/2016) Tahun 1955, Kompol Hoegeng Imam Santoso mendapat perintah pindah ke Medan. Tugas berat sudah menantinya. Penyelundupan dan perjudian sudah merajalela di kota itu. Para bandar judi telah menyuap para polisi, tentara dan jaksa di Medan. Mereka yang sebenarnya menguasai hukum. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa disogok uang, mobil, perabot mewah dan wanita. Mereka tak ubahnya kacung-kacung para bandar judi.

Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, berani dan antikorupsi. Hoegeng juga haram menerima suap maupun pemberian
apapun.

Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut.
Hoegeng pun pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih ditempati pejabat lama.

Cerita soal keuletan para pengusaha judi benar-benar terbukti. Baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya.

Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha.
Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia.

Kira-kira dua bulan kemudian, saat rumah dinas di Jl Rivai siap ditinggali, bukan main terkejutnya Hoegeng. Rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Hal yang sangat luar biasa. Tahun 1956, kulkas
dan piano belum tentu ada di rumah pejabat sekelas menteri sekalipun.

Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Tapi Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu
yang ditentukan, utusan itu juga tidak
memindahkan barang-barang mewah tersebut.

Apa tindakan Hoegeng?
Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya. Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.

Hoegeng geram mendapati para polisi, jaksa dan tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. “Sebuah kenyataan yang amat memalukan,” ujarnya geram.

Jenderal Polisi ( Purn. ) Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan , Jawa Tengah , 14 Oktober 1921 –meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun- adalah salah satu tokoh kepolisian Republik Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) ke-5 yang bertugas dari tahun 1968 - 1971.

Dirgahayu ke 70 Kepolisian Republik Indonesia.
Salam 86. (Arif Yuswandono /Bharindo News).

PERS ; antara INFORMASI dan OPINI

PERS ; antara INFORMASI vs OPINI

”Di zaman otoriter dulu, tidak ada orang yang percaya berita koran. Satu-satunya berita yang masih bisa dipercaya hanyalah berita yang dimuat di halaman 10. Di halaman 10 itulah, dimuat iklan dukacita. Bagaimana setelah reformasi, ketika pers menjadi terlalu bebas? Masyarakat malah lebih tidak percaya. Semua berita memihak. Halaman 10 pun tidak lagi dipercaya” ( Joke Gubernur NTB, KH. Dr. Zainul Majdi pd acara puncak Hari Pers Nasional, 9 Feb 2016 di Lombok).

Pd perkembangannya, koran dn media cetak lainnya tergeser oleh media elektronik spt radio dn televisi. Dn di era digital, dimana bumi serasa mjd kampung yg sgt kecil, media elektronik mulai digantikan perannya oleh media internet dg sgala macam varian produk nya spt web, aplikasi sosmed dn aplikasi berita lainnya.

Situs2 yg menampilkan berita dn informasi juta-an jumlahnya. Ini krn membuat portal berita di web lebih mudah dn murah dibandingkan mendirikan perusahaan penerbitan atau stasiun Televisi. Siapapun, baik perorangan maupun lembaga bisa membuat web yg memuat berbagai berita dn informasi. Kadang informasi tsb bohong dn tdk bs dipertanggungjawabkan.

Web dg situs berita on-line nya memang banyak yg tdk bisa dikategorikan sbg produk jurnalistik. Berita yg disajikan tdk ditulis oleh org yg memahami dasa2 ilmu jurnalistik, bahkan tdk mengindahkan etika jurnalistik.

Banyak berita yg disajikan tdk melalui proses yg benar. Tdk ada perencanaan, pencarian, penulisan, dan pengeditan berita. Berita diambil asal comot dg model capy paste dr sana sini. Dr sumber berita yg tdk bs dipertanggungjawabkan.

Dr sinilah kemudian muncul istilah HOAX. Informasi bohong ato sbagaian bohong tp krn dimuat berulang2, dn dicopas berkali2 sehingga nampak mjd berita yg benar. Berita yg disajikan bukan lagi murni informasi ttg suatu kejadian ttp sdh ke arah opini utk menggiring masyarakat ke pemikiran tertentu.

Media on-line, bahkan pers saat ini tdk lagi netral pembawa informasi, tp sdh memihak sbg pembawa opini utk kepentingan golongan tertentu. Misi pemilik yg menguasai media lebih dominan dr pd kepentingan masyarakat akn informasi yg tepat dn akurat.

Contoh terbaru adl berita seputar Kudeta Militer di Turki. Informasi2 yg qt dpt kan seringkali berlawanan antar media yg satu dg yg lain.

Berita seputar imigran dr Tiongkok jg tdk kalah heboh. Banyak media yg menyebutkan bahwa itu fakta, tp banyak pula yg menyebut itu hoax.

Bahkan berita seputar korban meninggal pd saat arus mudik lebaran kemarin ada yg menganggap sbg hoax.

Masyarakat dibuat bingung informasi yg berseliweran dr situs2 dn portal berita yg tdk jelas. Banyaknya situs berita abal2 dn tdk bs dipertanggungjawabkan ini yg membuat netizens slalu terpecah mjd dua kelompok. Kelompok yg pro dn kontra.

Bahkan efek dr pilpres kemarin masih terasa di dunia Maya hingga saat ini. Semua persoalan yg terjadi di tanah air selalu di kaitkan dg hasil pilpres 2014. Selalu muncul kelompok yg secara membabi-buta menyalahkan pemerintah tp ada jg kelompok yg habis2an membela pemerintah.

Kondisi tersebut tergambar dlm keberpihakan media elektronik /televisi dn situs2 berita di media on-line. Televisi dn media on-line nampak sekali terpecah menjadi dua. Ini tdk bisa qt pungkiri. Akhirnya pers tdk lagi murni pembawa berita (News) tetapi lebih penggiring opini (Views).

Dlm kondisi spt ini masyarakat hendaknya lebih cerdas utk melihat dn menyikapi. Lebih bijaklah memebaca berita dn berkomentar. Jgn lihat isi berita nya saja, tp cermati siapa membawa beritanya. Jgn asal copas kemudian disebarkan, tp lihat dlu alamat web yg memuatnya. Banyak web abal2 yg memuat berita hoax bermunculan di beranda FB Anda.

"Media adl entitas paling berpengaruh di dunia. Dia bs menjadikan yg benar mjd salah, dn bisa menjadikan yg salah mjd benar. Krn media mengendalikan pemikiran massa" , kata Malcolm X.

Salam #DamaiIndonesiaKoe

(Arif Yuswandono)

Sabtu, 27 Agustus 2016

Upaya Pembusukan Institusi Polri, Siapa Diuntungkan...?!

Upaya Pembusukan Institusi Polri, Siapa Diuntungkan...?!

Sahabat Indonesia tercinta...

Bbrpa hari terakhir ini qt disuguhi berbagai informasi negatif terkait kinerja Polri dan institusi nya. Mulai dr cuitan Harris Azhar (KontraS) yg mengutulip pengakuan terpidana mati narkoba, Freddy Budiman, kemudian berita oknum polisi yg menghajar penjaga warnet hingga yg terakhir berita seorang polwan Singkawang yg menampar pelanggar lalu lintas.

Khusus berita yg terakhir, sy pernah memuat klarifikasi dan laporan tertulis dr Brigadir Yusitasari, polwan yg menampar pelanggar lalin. Rupanya masih ada yg blm terungkap dr kejadian tsb.

Seorang sahabat saya, netizen dr Jawa Timur melakukan komunikasi langsung melalui WhatsApp dg Sang Polwan utk menggali lebih dlm ttg kejadian tsb secara detail. Dr situ terungkap bahwa ada upaya sistematis utk mendiskreditkan institusi polri dan anggota2nya.

Perlu diketahui bahwa pelanggar lalin adl seorang laki2 keturunan Tionghoa bernama Ahoi (dr nama di STNK), dia fasih berbahasa Tionghoa. Disamping tdk mengenakan helm dan dibawah pengaruh alkohol, dia jg tdk memiliki SIM. Nampak sekali dia sengaja memancing emosi dan masalah dg tdk mengindahkan teguran petugas utk mengenakan helm yg dijepit di jok motornya.

Bahkan, dia menunjukkan arogansi dan kesombongannya dg membantah setiap nasihat dr petugas. Bahkan mencaci petugas dg kata2 tdk sepantasnya dg bahasa Tionghoa. Tdk berhenti smp disitu, dia melakukan kekerasan fisik thd petugas wanita dg menarik2 rompinya dan menendang kakinya.

Kekerasan scr verbal dlm bahsa Tionghoa, misalnya _congnyame cibai_ (menurut seorang kawan, cibai dlm bhs Tionghoa brarti vagina _maaf).

Perekam kejadian dan pengunggah di YouTube jg keturunan Tionghoa bernama Cho Bui Tho, dg sengaja tdk menginformasikan scr lengkap detail kejadian, dia malah memberi komentar negatif thd video yg dia unggah.

Yg lebih mengagetkan adalah, pasca kejadian tsb rame di medsos, pihak pelanggar mendatangi Sang Polwan meminta uang ganti rugi senilai 50jt rupih. Pihak pelanggar mengancam akn melaporkan ke provost, jk permintaan tsb tdk dipenuhi.

Sahabat Indonesia tercinta...

Rentetan kejadian tsb mungkin tdk terorganisir, tp secara sporadis nampak ada upaya dr pihak2 tertentu utk terus menyudutkan dan melemahkan institusi polri. Satu kesalahan polisi di-blow up habis2an, tp sejuta kebaikan dan pengabdian polisi tdk dianggap bahkan ketika diunggah dianggap sbg pencitraan.

Institusi polri adl lembaga resmi negara yg keberadaan dan fungsinya jelas diatur dlm perundang-undangan, dibiayai dg uang negara. Institusi kepolisian sgt penting dan vital dlm menjaga dan menjamin rasa aman masyarakat.

Sdh sewajarnya qt sbg sesama anak bangsa ikut menjaga dan mengawasi institusi polri dr upaya pelemahan dan penghancuran. Akn ada pihak2 yg diuntungkan dg lemahnya institusi polri. Yaitu mereka yg mengambil manfaat dr setiap kekacauan dan ketakutan.

Mari, sahabat Indonesia tercinta, qt jaga bersama institusi polri tercinta. Qt bersihkan dr oknum nakal, dan qt lawan dr setiap upaya pembusukan.
Polri kuat rakyat aman, polri lemah masyarakat resah.

Salam Tribrata
#71thRIkerjaNyata
#polribaginegeri
#halodunia
#SaveNKRI

(Arif Yuswandono /Bharindo News).