Cari Blog Ini

Jumat, 21 Juli 2017

Krishna Murti, Polisi Ganteng Itu Makin Bersinar Dengan Bintang di Pundak

Jakarta -(21/7/2017) Siapa tidak kenal Krishna Murti, polisi ganteng yang mempopulerkan slogan "Turn Back Crime" ? Perwira menengah dengan pangkat Komisaris Besar Polisi itu kini makin bersinar dengan jabatan barunya sebagai Kepala Biro Misi Internasional (Karo Misinter) Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri. Artinya Kombes Krishna Murti akan naik pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal Polisi.

Kapolri, Jenderal Polisi Drs. HM. Tito Karnavian, MA, PhD mempromosikan Kombes Krishna Murti atau yang lebih dikenal dengan KM berdasarkan Surat Telegram bernomor ST/1772/VII/2017 tertanggal 21 Juli 2017, menggantikan Brigjen Mulyana yang sehari sebelumnya dimutasi berdasarkan Surat Telegram Polri dengan nomor ST/1768/VII/2017 tertanggal 20 Juli 2017, menjadi Direktur Ekonomi Baintelkam Polri.

Sosok Krishna dikenal sebagai polisi profesional yang berpenampilan bersahaja. Ia senantiasa berpakaian apa adanya. Ia berusaha menjaga sikap profesionalisme, berkomitmen menegakkan keadilan, dan mengayomi rakyat sebagai cerminan hidup setiap insan Polri yang selalu memegang teguh Tri Brata.

Karakter Krishna di kepolisian ditempa sejak ia masuk Akademi Kepolisian dan lulus pada 1991 dan memulai karirnya di Polda Jawa Tengah pada 1992- 1994. Tangung jawab dan jiwa kepemimpinannya diuji saat ia dipercaya sebagai pengasuh taruna Akpol pada 1994 -1996. Krishna mendapat kehormatan saat ditunjuk sebagai Komandan Kontingen Polri untuk misi perdamaian PBB di Bosnia pada 1996 -1997.

Pulang dari Bosnia, Krishna dipercaya menjabat Kanit Serse Polwiltabes Surabaya. Pada 1999, ia ditugaskan untuk belajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan berhasil mengukir prestasi menjadi mahasiswa PTIK dengan peringkat terbaik pertama Angkatan XXXV.

Karirnya makin bersinar ketika ia saat menjabat Kapolsektro Penjaringan, Jakarta Utara mengungkap kasus pembunuhan bos PT Asaba, Boedyharto Angsono. Ia kemudian diangkat menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara.

Sebelum ikut Sekolah Kepemimpinan (Sespim) Polri, Krishna juga pernah merasakan menjadi dosen di Lemdikpol Setukpa dan menjadi Wakapolres Depok. Pada 2011, saat menjadi penyidik senior di Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareksrim Polri, ia tunjuk menjadi ketua tim dalam mengungkap kasus pembobolan Citibank yang melibatkan pegawai seniornya yakni Inong Malinda yang akrab dikenal dengan nama Malinda Dee.

Tak hanya kasus pembobolan Citibank, Krishna bahkan dipercaya menjadi ketua tim khusus untuk mengungkap pembobolan BCA dengan modus skimming di Bali pada 2010 dan terlibat dalam pengungkapan kasus pajak Gayus Tambunan, serta berhasil mengembalikan aset Bank Century senilai USD 22 juta bersama timnya.
Saat dikirimkan ke PBB di New York sebagai police planning officer PBB, pada 2012 – 2014, ialah polisi Indonesia pertama menjabat posisi itu dan melakukan perencanaan kepolisian pada 17 wilayah konflik seluruh dunia.

Kembali ke Indonesia, Krishna mengikuti Sespimti dan menjadi lulusan terbaik serta termuda di angkatannya. Pada 13 Mei 2015, ia diangkat menjadi Dir Reskrimum Polda Metro Jaya menggantikan Kombes Heru Pranoto.

Belum lama menyandang jabatan tersebut, Krishna diberikan amanat oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menjadi Koordinator Satgas Khusus Polda Metro Jaya untuk mengungkap dugaan kasus suap
dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok.

Bersama Tim Satgas Khusus Polda Metro Jaya, Krishna berupaya mengendus, menyelidiki, dan menyidik para tersangka yang terlibat dalam kasus tersebut. Sejumlah tersangka telah ditetapkan oleh Polda Metro Jaya dalam kasus dwelling time ini. Ia tak pernah ragu dalam menjalankan tugasnya, memanggul amanah negara dalam menegakkan keadilan, meski beban itu berat sekalipun.

Nama Krishna Murti makin bersinar ketika terjadi Bom Sarinah yang menghebohkan pada Kamis, 14 Januari 2016. Aksi heroik KM yang saat itu menjabat Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya mengundang decak kagum dan simpati masyarakat. Bersama jajarannya, KM mengembalikan kepercayaan dan keyakinan masyarakat bahwa Jakarta aman dan kondusif.

Krishna Murti sempat dipromosikan sebagai Wakapolda Lampung sebelum akhirnya dikembalikan ke Mabes Polri pada Divisi Hubungan Internasional dengan Jabatan Kepala Bagian Pengembangan Kapasitas Biro Misinter.

Semoga dengan jabatan yang baru dan bintang di pundak, Krishna Murti bisa membawa Institusi Kepolisian makin baik dan dicintai masyarakat. Selamat bertugas komandan...!!! (Arief Luqman El Hakiem / Bhayangkara Indonesia News).

Kamis, 20 Juli 2017

Irjen Pol. Mochammad Iriawan ; 10 Bulan Menerjang Badai

Jakarta - (20/7/2017) Inspektur Jenderal Polisi Drs. Mochamad Iriawan, SH, MM, MH mengakhiri tugasnya sebagai Kepala Kepolisian Daerah  Metro Jaya, terhitung sejak hari ini, Kamis (20/7) berdasar Surat Telegram Kapolri Nomor 1768/VII/2017, diganti oleh Irjen. Pol. Idham Azis yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.

Iwan Bule, panggilan akrab M. Iriawan yang menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya sejak 16 September 2016  dipindah jabatan menjadi Asops Kapolri. Kurang lebih 10 bulan Iwan Bule memimpin jajaran kepolisian di ibukota dengan segala dinamikanya. 10 bulan yang berat, penuh tantangan, ujian dan benturan. Namun, terbukti Iwan Bule yang matang di satuan Reserse dan Kriminal mampu membawa ibukota Jakarta tetap aman, kondusif dan melewati segala badai Kamtibmas.

Prestasi paling besar Iwan Bule adalah membawa ibukota Jakarta melalui proses regenerasi kepemimpinan yang sangat melelahkan. Dinamika Pilkada DKI Jakarta menyedot perhatian secara nasional bahkan internasional, sehingga menjadi pertaruhan pihak polri dalam mengemban tugas pengamanan. Nyaris saja situasi ibukota chaos ketika Pilkada DKI Jakarta diwarnai dengan kasus penistaan agama yang melibatkan calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama.

Disinilah teruji kepemimpinan, pengalaman dan ketegaran seorang Bhayangkara Sejati yang bernama Mochamad Iriawan, lulusan Akpol 1984. Redaksi Bhayangkara Indonesia News mencatat beberapa prestasi besar Iwan Bule selama 10 bulan memimpin Polda Metro Jaya, selain gelaran Pilkada.

Mengungkap Sabu 1 Ton

Terdekat adalah menggagalkan penyelundupan 1 ton sabu asal China yang dibawa oleh jaringan WN Taiwan. Sabu tersebut rencananya akan diedarkan di Jakarta dan sekitarnya.
Pengungkapan sabu yang terbesar sepanjang sejarah ini terungkap setelah pihak Kepolisian Indonesia menerima informasi dari Kepolisian Taiwan bahwa akan ada pengiriman sabu ke Indonesia dalam jumlah besar oleh 6 WN Taiwan. Sabu tersebut dibawa menggunakan Kapal Wanderlust yang berlayar dari Taiwan sejak Juni 2017 lalu.

"Kapal tersebut berangkat dari pelabuhan Kaohsiung City Taiwan kira-kira tanggal 17 Juni, cukup lama dia berlayar," ujar Irjen M Iriawan, Kamis (20/7).

Pengungkapan Pembunuh Italia

Iriawan juga berhasil menangkap perampok yang juga pelaku penembakan Italia Chandra Kirana Putri (23). Salah satu pelaku bahkan harus ditembak mati oleh tim gabungan Polda Metro karena melawan. Iriawan yang sempat berjanji kepada kedua orang tua Italia membuat testimoni bahwa janjinya telah tertunaikan.

"Bapak Ferry dan Ibu Sugiharti, maaf saya tidak bisa silaturahmi ke rumah. Sewaktu saya melayat almarhumah Italia, saya pernah berjanji bahwa saya dan jajaran akan mengungkap kasus yang terjadi yang menyebabkan putri bapak ibu meninggal," kata Iriawan ke kedua orang tua Italia Senin (10/7).

Salah satu pelaku penembak Italia, Sudirman kemudian menyerahkan diri beberapa hari setelah rekannya ditembak polisi. Sudirman mengaku sudah lelah bersembunyi dan merasa hidupnya tidak tenang setelah melakukan aksinya yang menewaskan koas dokter gigi itu.

Mengungkap Perampok di Daan Mogot

Tim Polda Metro di bawah kepemimpinan Iriawan juga berhasil menangkap perampok sadis yang menembak mati korbannya Davidson Tantono (31) di Daan Mogot, Jakarta Barat. Iriawan berhasil mengungkap kasus tersebut hingga peran masing-masing pelaku yang dipimpin tersangka Safril.

"Mereka ada tim-tim sendiri dalam melaksanakan kejahatannya. Kaptennya SFL. Dia terpaksa dilakukan penindakan tegas karena melawan petugas dengan merebut senjata api saat diminta menunjukkan pistol di Banyuwangi," ungkap Iriawan saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (21/6).

Pengungkapan Pembunuhan Sadis di Pulomas

Dan publik tentu masih ingat dengan kasus perampokan rumah di Pulomas, Jakarta Timur. Satu persatu pelaku yang tega mengurung korbannya di dalam sebuah kamar mandi itu berhasil diringkus. Iriawan menyebut pelaku profesional dan sadis dalam menjalankan aksinya.

"Kelihatannya (profesional) kalau sesadis itu. Dia kan tahu kalau dimasukkan ke ruangan sesempit itu, dikunci, dimatikan (lampu), gerendelnya dipatahkan tidak mungkin baru sekali," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan saat ditemui detikcom di ruangannya, Jakarta, Rabu (28/12/2016).

Iriawan juga memutar CCTV yang menunjukkan detik-detik saat Ridwan Sitorus alias Ius Pane cs merampok di rumah Dodi Triono di Pulomas, Jakarta Timur. "Ini mobil tersangka yang datang, Ertiga warna putih. Tersangka Ius Pane turun pakai topi. Ini kamu yang turun, betul?" kata Iriawan, yang disambut anggukan Ius.

Sukses Amankan Aksi Bela Islam

Kepemimpinan Iriawan di Polda Metro juga tak lepas dari keberhasilannya mengamankan berbagai aksi besar sejumlah ormas Islam. Salah satu aksi yang berhasil berjalan damai adalah aksi 212 pada 2 Desember 2016 lalu.

Iriawan pun turut mendampingi Presiden Joko Widodo yang hadir melaksanakan salat Jumat bersama peserta aksi. Iriawan sempat terlihat membantu Jokowi untuk naik ke atas panggung peserta aksi 212.

Keterlibatan Iriawan secara langsung dalam mengamankan aksi sejumlah ormas Islam juga terlihat di aksi 4 September 2016 (Aksi 411). Kesuksesan ini juga tak lepas dari pimpinan ormas yang berkomitmen untuk menggelar aksi damai meskipun membawa massa yang luar biasa besar.

Meski begitu, Iriawan sempat dilaporkan ke Mabes Polri oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) karena video yang dinilai provokatif saat penanganan demonstrasi. Mantan Kapolda Jawa Barat itu membantah dirinya tidak memprovokasi FPI untuk melakukan kekerasan. Ucapan itupun dia lontarkan setelah massa bubar.

"Saya tidak memprovokasi, saya bicara itu setelah kejadian anarkis. Kenapa saya bicara, (karena) jauh-jauh hari seminggu dua minggu sebelum unjuk rasa saya sudah berkomunikasi dengan seluruh ormas yang terlibat bahwa kami akan menjaga dari provokasi yang ada," papar Iriawan.

Tentu saja ada kekurangan dan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap Iwan Bule selama menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Namun jiwa kepemimpinan dan ketegarannya menghadapi bullying dan hujatan patut kita apresiasi dan teladani.

Selamat mengemban amanah baru Jenderal, semoga tetap hebat dan semangat membawa Institusi Polri lebih baik dan dicintai masyarakat. (Arief Luqman El Hakiem / Bhayangkara Indonesia News).

Jumat, 14 Juli 2017

AKBP. M. Sabilul Alif, SH, SIK, MSi Berikan Orasi Ilmiah Pada Wisuda Taruna AKPOL Angkatan 48

Semarang -(13/7/2017) AKBP. Mohammad Sabilul Alif, SH, SIK, MSi, yang saat ini menjabat sebagai Kapolresta Tangerang, Banten didaulat untuk memberikan orasi ilmiah di hadapan Wisuda Taruna Akpol Angkatan 48 Detasemen Hastadharma di Gedung Cendika Akademi Kepolisian, Kota Semarang, Kamis (13/7).

Jendral Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D secara resmi menutup Pendidikan Taruna Akademi Kepolisian Angkatan 48 Detasemen Hastadharana dan Wisuda ke-3 Sarjana Terapan Kepolisian tahun 2017 di Auditorium Cendrawasih Gedung Catur Prasetya Akpol Semarang.

Dalam acara ini Kapolri didampingi Irwasum Polri Komjen. Pol. Drs. Dwi Priyatno, S.H., Kalemdiklat Polri Komjen. Pol. Drs. Moechgiyarto, S.H., M.Hum., serta Gubernur Akpol Irjen Pol Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si.

Hadir Pula Kapolda Jateng Irjen Pol Drs. Condro Kirono, M.M., M.Hum., Wakapolda Jateng Brigjen Pol Drs. Indrajit beserta Forkopinda serta seluruh orangtua dari Taruna Akpol.

Wisuda ke-3 tahun 2017 ini mengusung tema “Mewujudkan Akademi Kepolisian Menjadi Center Of Excellence Praktek Ilmu Kepolisian Yang Bertaraf Internasional (WCA) Guna Menghasilkan Perwira Polri Yang Promoter”. 52 tahun Akpol mencetak Kader Pemimpin Polri Yang Handal.

Kehadiran AKBP M. Sabilul Alif sebagai orator ilmiah tidak lepas dari berbagai prestasi dan inovasi yang berhasil dikembangkannya selama menduduki jabatan di kepolisian. Sabilul Alif adalah perwira hebat yang pernah membawa nama Institusi Polri dalam pameran inovasi teknologi pelayanan publik di Busan, Korea.

"Sejujurnya, saya masih belum percaya diberi amanat memberikan orasi ilmiah. Saya sadar betul, kompetensi saya belum seberapa. Saya sebenarnya belum pantas berdiri di podium menyampaikan ceramah ilmiah. Saya yakin, masih banyak anggota Polri yang memiliki kapabilitas melebihi kemampuan saya. Namun kembali saya sampaikan rasa hormat dan terimakasih karena kepercayaan diberikan kepada saya" ungkap Sabilul Alif, perwira cerdas yang sebelumnya menjabat sebagai Wadirlantas Polda Jatim.

"Orasi ilmiah yang saya bawakan diberi judul “Implementasi Ilmu Kepolisian Untuk Kinerja Polri Yang Profesional, Modern, dan Terpercaya”. Kehadiran Akademi Kepolisian sebagai lembaga pendidikan pembentukan bagi perwira kepolisian merupakan bukti bahwa ilmu kepolisian menjadi fondasi dalam upaya Polri melaksanakan tugas pokok dengan langkah-langkah yang sistematis dan juga dilandasi dengan kajian akademik" lanjutnya.

Dihadapan para wisudawan dan jajaran pejabat tinggi polri, Sabilul Alif menyampaikan, bahwa polisi atau kepolisian jangan menjadi “Istana Barbie” atau “menara gading”, yang hanya indah dipandang saja, namun tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Polisi jangan menjadi sosok yang ditakuti namun tidak dikagumi apalagi dicintai. Polisi harus senantiasa berinovasi sebab dicintai masyarakat adalah kata kunci menuju kesuksesan.

Sabilul Alif lantas menceritakan pengalaman dalam membangun komunikasi dengan seluruh unsur masyarakat ketika menjadi Kapolres Jember, Jawa Timur.

"Saya sampaikan, polisi harus mampu menemukan chemistry dengan masyarakat agar ada keterikatan dalam satu kesatuan dengan masyarakat. Setelah kita mampu menyatu dengan masyarakat barulah kita mulai berpikir untuk meningkatkan pelayanan" terangnya.

"Saya juga membagi cerita mengenai awal mula gagasan pemilihan nama untuk program inovasi. Suatu hari, ketika sedang menyusuri pelosok kampung, saya bertemu dengan kuliner kebanggaan kota Jember. Sejauh memperhatian dan merasakan kuliner itu, kreasi di kepala saya perlahan-lahan mulai meracik untuk menciptakan program inovasi yang mudah dikenal dan dihapal masyarakat Jember" imbuhnya.

Dari sini muncul gagasan untuk memilih istilah tertentu sebagai ikon yang mudah dikenal masyarakat. Hal ini merupakan jalan pemikiran yang sering digunakan oleh kalangan pemasaran, yaitu memilih nama yang mudah dikenal atau nama yang ikonik. Akhirnya dipilih nama “Jember Suwar-suwir” untuk memudahkan masyarakat mengingat nama program inovasi Polres Jember.

Sabilul Alif adalah perwira yang mendapat berbagai penghargaan saat menjabat sebagai Kapolres Jember.

"Saat itu saya diberi penghargaan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur. Penghargaan diberikan karena Polres Jember dan beberapa Polres lain di Jatim sebagai percontohan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; baik melalui sistem IT, maupun sinergitas antar-stakeholder" jelasnya.

Diceritakannya raihan penghargaan bukan untuk menyombongkan diri atau pencitraan. Namun sebagai pelecut untuk meningkatkan ghirah para Taruna Akpol dalam menjalankan tugas sebagai anggota Polri.

"Saya tidak merasa sudah sempurna saat menyampaikan orasi ilmiah. Namun, saya bersyukur karena diberi kepercayaan berdiri di mimbar mulia memberikan orasi ilmiah. Ada perasaan yang tidak bisa saya jelaskan saat saya menutup salam tanda orasi ilmiah telah selesai saya sampaikan. Entah perasaan apa namanya, namun di dalam dada saya ada bangga, tidak percaya, haru, dan lain sebaganya" tutup Sabilul Alif. (Arief Luqman El Hakiem /Maspolin / Bhayangkara Indonesia News).

Minggu, 09 Juli 2017

Keteladanan Irjen. Pol. Umar Septono ; Kakor Sabhara Memaafkan Penabrak Mobil Dinasnya

Jakarta - Kepala Korps (Kakor) Sabhara Polri, Irjen Pol Umar Septono, menjadi buah bibir di dunia maya. Sebagai jenderal, dia menunjukkan contoh bijak ketika menghadapi permasalahan, salah satunya saat terjadi kecelakaan.

Ceritanya begini. 

Pada Rabu (21/6/2017) lalu, Irjen Pol Umar Septono bersama Asop Kapolri, Irjen Pol Unggung Cahyono, sedang dalam perjalanan memantau arus mudik. Dua jenderal itu dikawal oleh satuan PJR. Nah, ketika mobil keduanya terjebak kemacetan di jalur Tol Cipali KM 120 sekitar pukul 13.20 WIB, tiba-tiba mobil yang ditumpangi Irjen Umar  ditabrak dari belakang oleh pengendara mobil bernama Suyatim.

Sadar ada benturan keras, Irjen Pol Umar Septono meminta sopirnya meminggirkan mobil ke bahu jalan.

“Saya memerintahkan ajudan saya dan driver untuk turun menemui dan melihat kondisi mobil dinas saya, saya juga berpesan kepada ajudan saya untuk tidak marah,” ujar Umar Septono seperti dikutip dari
ntmcpolri.info , Kamis (6/7).

Ajudan Umar kemudian memeriksa kondisi mobil dan menemui pengendara yang menabrak tadi. Sadar dirinya berada di posisi sebagai penabrak, Suyatim lantas meminta maaf atas kejadian tersebut kepada ajudan Umar.

Sesuai instruksi dari Umar, sang ajudan tak memberikan respons berlebihan. Ajudan hanya memotret mobil dinas Umar dan Suyatim.
Selepas itu, iring-iringan mobil Umar melanjutkan perjalanan untuk kembali memantau arus mudik.

Umar kemudian berbincang soal kejadian tabrakan yang baru saja dialaminya dengan ajudannya.
Beberapa waktu kemudian, Umar memerintahkan anggotanya yang lain untuk mencari alamat rumah yang menabrak mobil dinas tersebut. Setelah dilacak melalui nomor pelat kendaraan, diketahui Suyatim tinggal di Perumahan Pura Bojong Gede Tajur Halang, Bogor.

Beberapa pekan selepas peristiwa tabrakan itu, tepatnya pada Selasa (4/7), Irjen Umar yang pernah menjabat sebagai Kapolda NTB mendatangi kediaman Suyatim di daerah Bogor. Saat itu, Umar baru saja melakukan kunjungan kerja di Direktorat Polisi Satwa di Kelapa Dua Depok.

Suyatim yang didatangi oleh jenderal bintang dua Polri tentunya terkejut. Terlebih jenderal itu adalah orang yang kendaraannya ditabrak waktu lalu.

Suasana kaku yang terjadi di awal pertemuan, kemudian belakangan berubah menjadi penuh kehangatan dan penuh canda tawa. Klimaksnya ketika Suyatim meminta maaf langsung kepada Umar saat itu.

Namun seketika Umar memotong ucapan Suyatim.

“Sebelum Bapak meminta maaf, sudah saya maafkan,” ujar Irjen Umar.

Suyatim kembali terkejut dengan respons yang diberikan oleh Umar saat itu. Ketika ia merasa akan dimarahi atau ditegur, ternyata tidak.

Bahkan Umar pun tak meminta ganti rugi untuk mobil dinasnya yang penyok.

“Ternyata 180 derajat berbeda,” ujar Suyatim.

Dalam kesempatan itu, Umar juga mengatakan, walaupun pangkatnya jenderal tapi tetap tidak boleh menyakiti rakyat. Apalagi dia tahu kejadian itu bukan hal yang disengaja.

“Saya polisi pelayan masyarakat, lagi pula tidak ada yang menginginkan kejadian seperti ini,” jelas Umar.

Pertemuan yang tak disangka itu pun terus mengalir hangat. Tidak hanya sekadar berbincang soal pandangan sosial tetapi juga sedikit membahas soal hubungan sesama manusia sesuai yang diajarkan Islam. (Sumber : kumparan.com).

Sabtu, 08 Juli 2017

Ledakan Diduga Bom Panci Guncang Garut

Jakarta - (9/7/2017) Publik tanah air kembali dikejutkan dengan terjadinya ledakan bom panci. Kali ini di sebuah rumah kontrakan di Kampung Kubang Bereum No. 35 RT 07/11, Sekejati, Buahbatu, Kota Bandung, sekitar pukul 15.30 WIB, Sabtu (8/7). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

"Kejadiannya tadi 15.30 WIB hampir jam 4 sore. Tidak ada korban jiwa," ujar Kabid Humas polda Jabar Kombes Yusri Yunus melalui telepon.

Menurutnya tetangga korban mendengar suara ledakan dan api dari rumah kontrakan yang dihuni Agus Wiguna. Kemudian saksi melapor.
Saat polisi datang ke lokasi, ditemukan panci berisi paku dan rangkaian bom yang sudah meledak.

Diketahui, kamar kost tersebut dihuni seorang pria bernama Agus  Wiguna, kelahiran Garut, 30 Agustus 1995. Di kartu identitas, pemuda ini beralamat di Kampung Cibelentuk Rt.001/005, Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut, tinggal di kontrakan tersebut sudah 4 bulan.

"Penghuni kamar kost sudah kami amankan. Sedang kami mintai keterangan," kata Yusri.

Dari hasil keterangan sementara, terduga merencanakan akan meledakan bom panci yg berisi paku pada hari Jumat tanggal 16 Juli 2017 di sebuah Cafe yang berlokasi di jalan Braga pada malam hari. Agus akan berangkat ke TKP peledakan menggunakan angkot dengan bom rakitan di masukan kedalam ransel.

Selanjutnya bom tersebut akan di letakan di tong sampah sekitar kafe dengan alat pemicu menggunakan benang di bentangkan yang bertujuan apabila benang tersebut tersandung kaki  bom tersebut akan meledak.

Menurur keterangan saksi, Ridwan (35), yang tinggal di kamar sebelahnya, sekira pukul 15.30 WIB pada saat lagi duduk di kamar kontrakan saksi mendengar suara ledakan disertai api di kamar sebelah, lalu saksi pergi keluar kontrakan lalu saksi berteriak memanggil meminta tolong kepada tetangga.

Saksi yang lain, Adin (42) juga tetangga kontrakan menyebutkan, ketika terjadi ledakan, Agus tidak berada di kamar karena sedang berjualan baso goreng ( Basmut ). Saksi Adin bertemu Agus di wilayah Cidurian sedang berjualan lalu di ajak ke TKP namun pengurus RW berinisiatif membawa ke rumah ketua RT 007, Sekejati.

Saat ini polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi. Dari olah TKP sementara ditemukan beberapa barang bukti berupa paku 7 cm, benang, kemudian panci yang dibeli di pasar Caringin. (Arief Luqman El Hakiem /Bhayangkara Indonesia News).

Jumat, 07 Juli 2017

Kasus Jam Tangan dan Arogansi Masyarakat Sipil

Jakarta -(7/7/2017) Publik tanah air tengah diramaikan dengan berita seorang penumpang pesawat yang menampar petugas keamanan bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

Kejadian bermula saat seorang penumpang wanita dengan inisial JOW mengamuk diduga karena tak terima diingatkan petugas untuk melepaskan jam tangan ketika melewati gate X-ray di terminal, Rabu (5/7).

Mulanya JOW memarahi petugas bandara berinisial AM yang meminta dirinya memasukkan jam tangan ke mesin X-ray . JOW lantas menamparnya. Setelah penamparan terhadap AM, petugas bandara berinisial EW datang melerai. Tetapi pelaku memarahi dan menampar perempuan EW menggunakan tangan.

Atas kejadian tersebut, petugas bandara AM dan EW melaporkan JOW ke Polsek Bandara Sam Ratulangi atas sangkaan penganiayaan. Pada saat bersamaan JOW juga melaporkan balik petugas bandara dengan sangkaan perbuatan tidak menyenangkan. Dua laporan ini ditarik ke Polresta Manado setelah pemeriksaan awal di Polsek Bandara Sam Ratulangi.

Ada 2 catatan yang bisa saya ambil atas kejadian tersebut. Pertama adalah fenomena arogansi masyarakat sipil. Kedua, framing media untuk melemahkan institusi negara.

Pertama, arogansi masyarakat sipil. Si penumpang mungkin salah karena tidak mengikuti aturan keselamatan penerbangan dengan tidak mau mencopot jam tangan, bahkan kemudian melakukan tindak kekerasan dengan menampar petugas. Tindakan kekerasan oleh JOW jelas salah dan menunjukkan sikap arogan.

Sikap petugas bandara yang memerintahkan mencopot jam tangan JOW, kemudian melaporkan ke polisi juga menurut saya tidak sepenuhnya benar. Dari video yang beredar, hanya memuat potongan pendek pada saat JOW menampar petugas, tidak terlihat pembicaraan yang melatarbelakangi kejadian tersebut.

Sikap emosi dan tersinggung adalah manusiawi. Bukan berarti saya membenarkan tindakan JOW, sekali lagi saya tidak membenarkan tindakan JOW. Saya sebagai masyarakat seringkali juga merasa emosi dan tersinggung dengan pelayanan dan petugas di bandara dan beberapa fasilitas umum (fasum) lainnya.

Beberapa petugas di bandara dan fasum lainnya nampak arogan dengan dalih SOP, padahal aturan tersebut jika dikomunikasikan dengan bahasa dan sikap yang ramah barangkali berbeda responnya.

Khusus petugas dan bagian keamanan di Bandara Sam Ratulangi Manado, juga mestinya bercermin dan mawas diri. Beberapa bulan yang lalu tepatnya, Sabtu, 13 Mei 2017 juga terjadi tragedi, dimana sekelompok orang dibiarkan saja menerobos kawasan steril dengan membawa pedang dan senjata tajam lainnya.

Kelompok orang tersebut tidak hanya menerobos masuk landasan pesawat, mereka juga merusak beberapa fasilitas bandara.

Kemana petugas keamanan bandara pada saat itu ? Kemana SOP yang selalu mereka pegang dan diagung-agungkan ? Mengapa pihak Angkasa Pura tidak membuat laporan polisi ?

Kejadian yang berujung saling melaporkan juga bentuk arogansi masyarakat sipil. Ini bukan tindak pidana berat sebagaimana korupsi, pembunuhan atau terorisme. Jika kedua belah pihak menyadari, diselesaikan secara damai dan musyawarah, dimana si penumpang meminta maaf atas kesalahannya, kemudian pihak bandara memaafkan, maka keduanya akan menang secara bersama. Itulah jati diri bangsa Indonesia sebagai budaya timur.

Sikap saling maaf memaafkan rupanya telah hilang dari bangsa ini. Bahkan spirit agama pun telah dilupakan, jika di Manado sebagian besar adalah pemeluk Kristiani, maka Kristus mengajarkan, jika engkau ditampar pipi kanan, serahkan pipi yang kiri.

Kedua, framing berita untuk melemahkan institusi negara. Keberadaan JOW sebagai istri seorang jenderal polisi adalah sisi lain kasus ini, yang justru lebih menarik dibahas dan disorot media. Seolah-olah tindakan JOW adalah cerminan suaminya dan gambaran umum aparat kepolisian.

Menurut saya, ini tidak adil dan media telah mengambil framing (sudut pandang pembahasan) yang salah dan tendensius. Sangat berbahaya bagi kehormatan dan kredibilitas lembaga negara yang mestinya kita junjung tinggi dan kita jaga.

Kejadian serupa seringkali terjadi kepada siapapun, dimana seorang penumpang marah-marah bahkan berlaku anarkis ketika merasa tidak puas dan dipermainkan. Kasus pesawat delay, layanan refound yang tidak memuaskan sering menyebabkan penumpang emosi. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun tidak harus dibawa-bawa institusi tempat suaminya atau dirinya bekerja.

Kejadian ini tidak ada hubungannya secara langsung dengan institusi polri dimana suami JOW mengabdi. Namun media terlanjur menggoreng kasus ini dengan memilih framing yang menurut saya melemahkan institusi polri.

Judul-judul yang tendensius, misalnya Istri Jenderal Polisi Tampar Petugas Bandara dan yang semisalnya, adalah contoh negatif perilaku media. Mestinya, media, baik cetak, elektronik maupun online lebih bijak dan proporsional dalam menyajikan berita dan informasi.

Akhirnya, semoga saja kasus ini tidak menutupi kasus-kasus besar yang terjadi di negeri ini, yang justru lebih membutuhkan penanganan dan perhatian serius. Jangan sampai energi bangsa ini tersedot untuk membahas dan mendiskusikan kasus remeh temeh dengan​mengabaikan kasus yang lebih besar.

Bangkit dan bersatulah bangsaku, damailah negeriku, jayalah Indonesiaku... (Arief Luqman El Hakiem /Maspolin /Bhayangkara Indonesia News).

Rabu, 05 Juli 2017

Kisruh Polda Jabar, Momentum Perbaikan Sistem Penerimaan Taruna AKPOL

Jakarta- (5/7/2017) Kekisruhan yang terjadi di Polda Jawa Barat terkait proses seleksi penerimaan Taruna AKPOL (Akademi Kepolisian) membawa hikmah tersendiri. Dengan ditariknya kewenangan proses seleksi ke pusat (Mabes Polri) dan perhatian publik yang besar menjadi momentum bagi lembaga kepolisian untuk membenahi sistem penerimaan Taruna AKPOL menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Sebelumnya diberitakan bahwa Kapolda Jawa Barat, Irjen. Pol. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N telah mengeluarkan surat keputusan Kapolda Jabar Nomor Kep/702/VI/2017 tertanggal 23 Juni 2017, yang mengatur pedoman penerapan persentase kelulusan tingkat panitia daerah (panda) bagi putra-putri daerah dalam proses seleksi penerimaan anggota Polri secara terpadu (Akpol, Bintara, Tamtama) TA 2017 Panda Polda Jabar.

Dampak dari surat keputusan tersebut adalah adanya kuota putra daerah yang lebih diprioritaskan dalam seleksi penerimaan Taruna AKPOL. Hal ini memunculkan protes keras dari para orang tua calon taruna yang merasa dirugikan, karena putranya layak lolos namun karena bukan putra daerah, sehingga tereliminasi.

Kapolda sendiri, kemarin membantah telah mengeluarkan Surat Keputusan Kapolda Jawa Barat Nomor Kep/702/VI/2017 tanggal 23 Juni 2017 tentang penerapan persentase kelulusan tingkat panitia daerah bagi putra dan putri daerah dalam proses seleksi penerimaan anggota Polri secara terpadu untuk Akpol, Bintara, dan Tamtama 2017.

"Itu enggak ada. Tidak pernah ada surat keputusan itu," kata Anton di Markas Polda Jawa Barat, Jalan Sokarno Hatta, Kota Bandung, Senin (3/7/2017).

Anton menegaskan, dirinya bahkan tidak tahu menahu jika panitia daerah mengeluarkan surat tersebut.

"Itu kan isu, mana buktinya," ungkapnya.

Anton berkilah, para orang tua calon Taruna Akpol yang mengeluhkan keputusan tersebut salah tanggap hingga mengira ada pembatasan kuota penerimaan.

"Mungkin itu salah persepsi, makanya saya di sini juga luruskan jangan sampai untuk menutupi hal yang tidak baik malah dimunculkan hal-hal demikian," ungkapnya.

Menindaklanjutkan polemik tentang Keputusan Kapolda Jabar tentang kuota putra daerah , SK dengan nomor Kep/ 702 / VI / 2017 , Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia ( SDM) Irjen Arief Sulistyanto mengatakan Mabes Polri telah membatalkan Surat Keputusan Kapolda Jabar tersebut dalam seleksi rekrutmen calon siswa Akademi Kepolisian di Polda Jabar.

Arief Sulistyanto mengatakan seleksi calon siswa Akpol di Mapolda Jawa Barat pun diambil alih oleh Mabes Polri . Diambil alihnya seleksi calon siswa Akpol tersebut merupakan akibat terjadinya protes dari orang tua calon siswa Akpol yang memprotes kebijakan Kapolda Jawa Barat Irjen Anton Charliyan yang dianggap tidak adil , intoleran . Pihak Mabes juga telah melakukan sidang untuk menetapkan calon siswa yang lulus seleksi di Polda Jabar.

Ini adalah keputusan berani dan bagus buat lembaga kepolisian, dengan diambil alih oleh Mabe Polri, artinya proses seleksi penerimaan Taruna AKPOL dimulai dari awal, publik pun dapat mengawasi jalannya proses tersebut.

Menjadi rahasia umum, bahwa dalam proses penerimaan Taruna AKPOL masih terjadi kong kalikong dan model titipan dari para pejabat pemerintahan maupun kalangan internal polri sendiri. Uang milyaran pun berputar dalam setiap musim seleksi penerimaan anggota polisi, baik ditingkat perwira maupun brigadir dan tamtama.

Menurut sumber terpercaya yang berhasil dihubungi Bhayangkara Indonersia News ( BINs), mengatakan bahwa  “Sejak bulan Mei 2017, Kapolda sudah mencium adanya permainan panitia seleksi dalam penerimaan catar, Kapolda terus memantau melalui tim khususnya".

"Dari pantauan Kapolda, terindikasi beberapa perwira panitia yang menyeleweng dan Kapolda sedang melakukan pemeriksaan“, lanjut sumber BIN's.

“Keluarnya surat keputusan Kapolda tersebut adalah untuk memutus jaring kecurangan oknum-oknum​ yang telah lama bercokol di Polda Jabar, dengan adanya hal tersebut maka akan terkuak siapa-siapa yang selama ini bermain. Juga adanya kemungkinan Kapolda diberi masukan yang salah namun Kapolda membiarkan sampai ledakan yang dikira petasan menjadi bom granat di mereka“ jelas sumber yang tidak  d mau disebutkan namanya.

Kapolda beserta jajaran panitia daerah Jawa Barat tidak mempermasalahkan ketika SK tersebut dibatalkan dan proses seleksi diambil alih Mabes Polri.

“Jelas itu suatu ketegasan dari pusat yang sangat dihargai oleh Kapolda dan secara hirarki akan terbuka selebar-lebarnya apakah juga ada yang bermain dari mabes karena Kapolri sangat mengedepankan program Promoter” lanjutnya.

Jika kita analisa, ini adalah langkah berani dari Kapolda, Irjen Anton Charliyan, dengan siap tidak populer, bahkan resiko mendapat teguran keras dari Kapolri. Tetapi hikmah dari semua itu adalah terputusnya jaringan mafia yang selama ini meraup untung besar dari setiap proses rekrutmen anggota polri.

Kita semua tentu berharap, kasus ini menjadi momentum bagi Institusi Polri untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, dimulai dari proses penerimaan anggota yang transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi, sehingga menghasilkan pemimpin bangsa yang punya karakter dan berintegritas. (Arief Luqman El Hakiem / Bhayangkara Indonesia News).

Minggu, 02 Juli 2017

THE SMILING TITO (Catatan Hari Bhayangkara ke-71)

THE SMILING TITO - Kehadiranmu menghentak publik tanah air. Sebagai jenderal polisi bintang tiga pada saat itu, engkau kalah terkenal dibandingkan Budi Waseso atau Budi Gunawan. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui rekam jejakmu sebelum engkau dilantik menjadi orang nomor satu di lembaga kepolisian negara.

Namun rupanya takdir membawamu memegang tongkat komando di Korps Baju Coklat. Ketika mendapat bocoran bahwa engkau menjadi calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden Joko Widodo menggantikan Badroddin Haiti, saya langsung menulis sebuah artikel dengan judul "Hanya Tuhan Yang Bisa Menghentikan Tito".

Bukan tanpa alasan saya membuat tulisan tersebut. Setelah saya browsing sana-sini, cari informasi kesana kemari terkait rekam jejakmu, saya berkesimpulan bahwa langkahmu menuju kursi Kepala Kepolisian Republik Indonesia tidak terhentikan.

Terbukti, semua proses engkau lalui dengan sangat mulus. Fit dan proper test di tingkat komisi hingga rapat paripurna DPR RI engkau lahap dengan sangat memuaskan. Tidak ada satupun fraksi di lembaga wakil rakyat yang meragukan kemampuanmu.

Dengan prestasi yang begitu mentereng selama menjadi prajurit Bhayangkara, gelar pendidikan yang mangagumkan, selalu nomor satu di setiap jenjang pendidikan yang engkau ikuti, rekam jejak yang relatif bersih selama menjabat di setiap tingkatan organisasi polri, menjadikan seluruh rakyat Indonesia menaruh kepercayaan dan harapan besar perubahan Institusi Polri di pundakmu.

Karirmu sangat cemerlang, engkau keajaiban di Korps Bhayangkara. Beberapa kali kenaikan pangkat secara istimewa, raihan bintang yang begitu cepat, melewati 4 angkatan di atasmu, tidak ada gejolak di internal polri, tidak ada penolakan di level masyarakat, salah bukti perjalananmu begitu sempurna. Clean and clear.

Kehidupan pribadi dan rumah tanggamu juga nyaris sempurna. Pendamping hidup yang solehah, jauh dari kesan glamour, putra putri yang tidak neko-neko. Asal usul keluarga dan garis keturunan juga tanpa cela.

Sejak awal periode kepemimpinanmu sangat menjanjikan. Program reformasi di tubuh kepolisian yang engkau gagas, terangkum dalam semboyan Comander Wish dengan slogan Promoter (Profesional Modern Terpercaya) memberi sinar harapan akan perubahan besar-besaran di lembaga penegak hukum.

Perubahan mindset pada diri anggota polisi, menjadi lebih ramah dan bersahabat, kesigapan merangkul kalangan media, inovasi tiada henti dalam pelayanan berbasis teknologi, adalah bukti bahwa engkau layak memimpin Institusi Polri.

Sampai dengan titik ini, tidak ada seorangpun yang meragukan dan merendahkanmu. Tidak ada yang berani menghina dan mem-bully-mu. Hingga Tuhan menunjukkan Kuasa-Nya, bahwa Dialah yang berhak mengatur jalan cerita kehidupan dunia ini. Tidak ada perkara yang terjadi di kolong langit ini kecuali atas kehendak-Nya.

Ujian yang sebenarnya terjadi pada pertengahan tahun pertama engkau menjabat sebagai Kapolri. Ujian itu bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan segala dinamika dan perilakunya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Demikian yang tertulis, demikian yang terjadi. Dimulailah masa-masa berat dan menegangkan dalam karirmu. Hujatan, cacian, bully-an bahkan tuntutan agar engkau dipecat sebagai Kepolri mulai bermunculan. Segala tindak tanduk dan ucapanmu selalu diawasi dan dicari kesalahannya. Bahkan foto kedekatanmu dengan Ahok dipersoalkan dan diviralkan. Padahal, siapapun Kapoldanya pada saat itu pasti dekat dan pernah makan bersama dengan Gubernur Jakarta.

Hingga Pilkada DKI Jakarta usai, kasus Ahok sudah final ujian dan cobaan yang menderamu belum berakhir. Namun disaat yang sama engkau masih mampu bertahan, senyum dan kepercayaan dirimu masih kuat. Engkau hadapi semua tekanan berat ini dengan meyakinkan. Engkau bawa bahtera lembaga kepolisian dengan pasti mengarungi samudera, menerjang badai yang menghantam dengan kejam.

Tuhan memang Maha Sempurna, Maha Tahu dan Maha Pembuat Rencana. Dipilih-Nya orang-orang tertentu untuk mengemban tugas tertentu. Terpilihnya Tito Karnavian sebagai Kapolri tidak terlepas dari rencana Tuhan. Dia sudah berhitung dan menimbang, harus orang kuat dan terpilih yang memimpin Institusi Polri ketika menghadapi situasi seperti ini. Tuhan tidak akan memberi beban kepada seseorang kecuali atas kemampuannya.

Terbukti, keputusan Tuhan yang benar, Dia sebaik-baik Pembuat rencana. Pelan tapi pasti, Tito Karnavian membawa bahtera kepolisian keluar dari gulungan ombak badai menuju pulau harapan. Bersamaan dengan Hari Bhayangkara ke 71, tepat setahun Jenderal Tito dilantik sebagai Kapolri, Rabu 13 Juli 2016, Korps Bhayangkara mulai mendapat tempat kembali di hati masyarakat.

Tetap tegar dan tersenyum Jenderal Tito, badai pasti berlalu, untuk kemudian muncullah pelangi. Engkau terbukti mampu membawa gerbong kepolisian melalui medan terjal dan curam. Sinar harapan akan lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih baik, profesional dan terpercaya segera terwujud.

Selamat hari jadi Korps Bhayangkara ke-71, tetaplah berbenah dan memperbaiki diri, jadilah polisi yang ramah dan dicintai. Jadilah bagian dari bangsa Indonesia seutuhnya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera dan terhormat.

Yogyakarta, 1 Juli 2017
Arief Luqman El Hakiem




Subhanallah... Polisi Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan di Tol Cipali

Jakarta - (2/7/2017) Maha Suci Allah dengan segala takdir Nya. Kelahiran dan kematian adalah bagian dari takdir, yang hanya Tuhan saja yang berhak memutuskan.

Hari ini kita diperlihatkan akan kuasa-Nya. Seorang anggota polisi dibantu rekan-rekannya melakukan evakuasi dan pertolongan darurat kepada seorang ibu yang melahirkan secara darurat di tengah kemacetan arus balik Jalan Tol Cipali.

Seorang ibu bernama Sukiati (43) melahirkan di pinggir jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 82 saat akan kembali ke Jakarta. Ibu dan bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi sehat.

Peristiwa bermula, sekitar pukul 10.40 WIB, saat petugas kepolisian sedang melakukan patroli untuk memantau arus lalu lintas di tol Cipali. Petugas kemudian melihat bus Kiaramas yang berhenti di pinggir jalan dan melihat Sukiati hendak melahirkan.

“Melihat ada seorang ibu yang tergeletak dipinggir jalan hendak melahirkan,” ujar Kasat Lantas Polres Purwakarta AKP Arman Sahti, dalam keterangannya, Minggu (2/7/2017).

AKP Arman pun kemudian meminta bantuan dari penumpang perempuan untuk membantu persalinan Sukiati. Setelah itu, Sukiati bersama anak yang dilahirkannya itu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis lanjutan.

“Setelah itu segera mengevakuasi bayi dan ibunya ke luar tol menggunakan kendaraan dinas Lantas ke rumah sakit Siloam Purwakarta,” tuturnya.

https://youtu.be/2Kg5dbqp-Dg

Keberadaan Korps Bhayangkara tidak hanya untuk mengamankan dan mengatur lalulintas, namun selalu ada untuk setiap masyarakat yang membutuhkan bantuan. Disaat semua orang sibuk dengan urusannya sendiri, anggota Korps Tribrata ini justru sibuk membantu urusan orang lain.

Semoga anggota polri yang tanggap ini, ibu yang melahirkan dan bayi yang baru pertama menghirup nafas di dunia diberi keberkahan dan rahmat oleh Allah SWT.

Indahnya Momen 71 Tahun Bhayangkara Indonesia...

Dirgahayu Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ke 71 ( 1 Juli 1946 - 2017)

#promoterpolri
#polribaginegeri
#maspolin
#bhayangkaranegara

Dari berbagai sumber.

Sabtu, 01 Juli 2017

SEPAK TERJANG SRIKANDI POLRI DI HARI BHAYANGKARA : Kapolres Wanita Pertama di Kebumen, AKBP Titi Hastuti, S.Sos dan Dinamika Kamtibmas Selama Lebaran 1438 H / 2017 M

KEBUMEN – (1/7/2017) Tahun ini adalah lebaran pertama bagi AKBP Titi Hastuti, S.Sos, polwan pertama yang menjadi Kapolres di Kebumen. Sepak terjangnya sejak menjabat memang luar biasa.

Dilantik pada 5 April 2017 oleh Kapolda Jawa Tengah, Irjen. Pol. Condro Kirono di Mapolda, Bu Titi panggilan akrabnya langsung menggebrak dengan merangkul berbagai kalangan dan elemen masyarakat. Pembawaannya yang ramah dan low profile membuat perwira kelahiran Banyumas ini mudah menyesuaikan dengan dinamika masyarakat Kebumen.

Dalam momen Idul Fitri 1438 H, memimpin Operasi Pengamanan yang disebut Operasi Ramadniya 1438 H, Bu Titi tidak segan turun langsung ke lapangan. Di beberapa kesempatan, nampak polwan yang tujuh tahun berdinas di Itwasum Mabes Polri ini mengatur langsung arus mudik di tengah kemacetan.

Behkan baru saja Bu Titi tertangkap kamera sedang menolong dan membopong sendiri korban lakalantas di Jalan Petanahan - Karanganyar, Kebumen. Kejadiannya ketika Kapolres berserta rombongan sedang mengecek langsung arus balik lebaran. Di jalan raya Petanahan arah Guyangan terjadi lakalantas dua sepeda motor.

Tanpa ragu, Bu Titi langsung memerintahkan menghentikan iring-iringan untuk memberikan pertolongan pada korban. Menyeruak di tengah kerumunan warga yang melihat, Bu Titi segera mengangkat korban dinaikkan ke dalam mobil untuk dilarikan ke rumah sakit.

Hingga tanggal 4 Juli mendatang, para polisi masih fokus melakukan operasi kemanusaan, pengaman Lebaran dengan sandi Ops Ramdniya Candi 2017. Hingga hari ini Jumat (30/06) siang, Polres Kebumen telah berhasil merangkum kejadian selama operasi pengaman Lebaran 2017 dari tanggal 19 Juni kemarin.

Dijelaskan Kapolres Kebumen AKBP Titi Hastuti, S.Sos melalui Kasubbag Humas Polres Kebumen AKP Willy Budiyanto, SH, MH ada beberapa kejadian yang berhasil dirangkum Polres Kebumen selama Operasi.

Diantaranya telah terjadi Kebakaran rumah milik salah satu warga Mirit Ahmad (30) pada hari selasa (27/06) pukul 19.30 wib, dengan kerugian jika ditaksir mencapai 50 Juta Rupiah.

“Curanmor” masih ditemukan. Kali ini menimpa Saring (55) warga Ungaran Kutowinangun pada hari Rabu (28/06). Sepeda motor Honda Supra miliknya raib saat diparkirkan di Halte Bus desanya. Menurut keterangan AKP Willy, sepada motor milik Saring sudah ditemukan berikut tersangkanya.

Masih dengan kasus yang sama, “Curanmor” juga terjadi di desa Ngabean Mirit pada hari Minggu (25/06). Kali ini menimpa Anggit (30) warga Nagbean mirit. Sepeda motor Yamaha Mio miliknya hilang. Sampai saat ini masih dilakukan penyelidikan oleh Polres Kebumen.

Kasus selanjutnya yaitu Copet. Kejadian tersebut menimpa Ilmi Fauziyah (14) warga Sempor pada hari Minggu (25/06) saat menaiki angkutan umum jurusan Karanganyar-Gombong. Dompet berisi dokumen pribadi serta uang tunai 500ribu raib saat perjalan tersebut.

Jambret atau permapasan juga masih ditemui. Korbannya adalah Nurkhasanah warga Bumigung Rowokele. Menurut keterangannya, korban saat itu sedang berjalan kaki, selanjutnya ada pengendara sepeda motor berboncengan menggunakan Yamaha RX-King merebut tasnya di desa Bumiagung. Saat ini kasusunya masih dalam penyelidikan.

Ditemui terpisah, Kasat Lantas Polres Kebumen AKP Aditya Mulya Ramadani mengatakan, untuk Laka Lantas dari hari pertama ops Ramadniya 2017 hingga siang ini telah terjadi 5 kali kejadian.
Keterangannya, hingga saat ini tidak ada korban jiwa. Kebanyakan korban mengalami luka ringan hingga luka cukup serius saat kecelakaan. Namun jika diglobal, seluruh kerugian dalam kecelakaan tersebut ada 6,4 juta rupiah.  Kini kasusnya sedang ditangani Unit Laka lantas Polres Kebumen.

Data tersebut kami peroleh dari Posko Ops Ramadniya Candi 2017 dari tanggal 19 Juni sampai dengan 29 Juni.

“Masih ada 4 hari lagi, semoga Kebumen selalu kondusif,” tutup Willy.
(humasreskebumen /ALH /Bhayangkara Indonesia News).