Cari Blog Ini

Jumat, 20 Januari 2017

HILANGNYA JATI DIRI BANGSA



Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Siapakah kita ini?
Muslim kah?
Nasrani kah?
Hindu kah?
Budha kah?
Koghuchu kah?
Kejawen kah?

Atau sekumpulan pecundang kah?
Yang dengan mudah mengeluarkan caci maki dan sumpah serapah.

Atau sekumpulan pengecut kah?
Yang menghasut dan menghujat dibalik akun-akun palsu dan sampah.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Bukankah Muhammad SAW mengajarkan kedamaian dan keselamatan?
Bukankah Isa Al Masih AS mengajarkan kasih dan pelayanan?
Bukankah Budha Gautama mengajak rendah hati dan kebijaksanaan?
Bukankah Syiwa menuntun manusia pada persaudaraan dan kesantunan?

Lalu, siapakah kita?
Mengaku pengikut Muhammad tapi asyek menghujat.
Mengaku percaya Isa Al Masih tapi hati jauh dari bersih.
Mengaku penganut ajaran Budha tapi hobi menghina.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Sudah hilangkan jiwa kepahlawanan Pangeran Diponegoro?
Sudah musnahkah sikap rendah hati Kyai Haji Agus Salim?
Sudah lunturkah semangat juang Kyai Hasyim Asy'ari?
Sudahkah hanguskah jiwa pengorbanan Robert Wolter Monginsidi?

Yang tersisa hanya kumpulan bangsa pecundang.
Yang menganggap musuh bangsa sendiri hanya karena berbeda pendapat.
Yang tega menghujat hanya karena berbeda posisi.
Yang selalu merendahkan mereka yang berbeda pandangan.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Anda benci Ahok, silakan, itu hak Anda.
Anda benci Habib Rizieq, itu jg hak Anda.
Anda tidak suka Jokowi, boleh, itu utusan Anda.
Anda tdk suka Prabowo, boleh saja, itu pilihan Anda.
Anda benci Syafii Maarif pun boleh, pasti ada alasannya.
Anda kecewa dg Kapolri pun sah-sah saja, krn ada sebabnya.

Tapi Anda mencaci maki, menghina, menghujat dan melecehkan mereka semua, jelas itu bukan perbuatan mulia.

Bagaimana mungkin menegakkan keadilan dg cara tidak adil?
Bagaimana bisa melakukan perbaikan dg cara tidak baik?

Sapu yang kotor tdk bisa membersihkan,
Air najis tidak bisa mensucikan.

Janganlah kebencian mu pada suatu kaum membuat kalian berbuat tidak adil, bersikap adil-lah karena itu lebih dekat kpd taqwa.

Wahai Para Penguasa yang terhormat...

Menurut saya, akhir-akhir ini Anda telah bertindak tidak adil terhadap terhadap sebagaian rakyat Indonesia, terutama komunitas muslim.


Jika ada orang yang berbuat kerusakan dan kebetulan muslim, Anda cap sebagai teroris dan diperlakukan semena-mena, tapi jika komunitas lain yang membuat onar Anda sebut kriminal biasa. 

Jika ada kumpulan muslim yang berjuang mengembalikan dasar negara kepada Pancasila dan UUD 1945 yang asli, Anda sebut makar dan segera ditindak, Tapi ketika segerombolan orang membawa simbol komunis dan beberapa kelompok sparatis, Anda daiam saja. 

Jika ada komunitas muslim melakukan Aksi Damai untuk menyampaikan pendapatnya, Anda sebut pengganggu ketertiban dan anti ke-Bhinaka-an. Namun jika komunitas lain yang berkumpul tidak pada tempat dan waktunya, menyisakan sampah dan kerusakan, Anda malah fasilitasi, disebut demokrasi dan ekspresi. 

Jika ada muslim yang membubuhkan kain mereah putih dengan tulisan syahadat, Anda permasalahkan. tapi ketika kelompok lain mencorat coret bahkan membakar Sang Merah Putih, Anda berlagak lupa.

Bukankah komunitas muslim tersebut dan para pemimpinnya adalah rakyatmu juga, wahai para penguasa negeri...?

Bukankah mereka datang dengan cara damai dan baik-baik?
Mereka datang bukan meminta jabatan, bukan hendak merebut kepemimpinan, bukan hendak menggulingkan kekuasaan Anda...?

Mereka datang untuk mengadu. Mereka datang meminta ketegasan. Mereka datang menuntut keadilan.

Bapak Presiden yang terhormat...

Anda dipilih oleh rakyat yang sebagian besar adalah umat Islam.
Negeri didirikan oleh banyak lapisan masyarakat yang sebagian besar pejuang beragama Islam.
Tanpa umat Muslim, negara Indonesia tidak ada.
Tidak mungkin umat Islam akan menghancurkan negerinya sendiri.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...
Bapak Presiden yang terhormat...

Marilah kita jaga persatuan dan kesatuan.
Kita hilangkan curiga dan permusuhan.
Kita hentikan saling menghujat dan memprovokasi.

Kita bangsa yang besar.
Kita bangsa yang beradab.
Kita bangsa yang santun.
Kita bangsa yang terhormat.

Bangsaku, bangkit dan bersatulah.

Jakarta, 22 Rabiul Akhir 1438 H / 21 januari 2017 M
Salam Damai Indonesia Koe
Arief Luqman el Hakiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar