Cari Blog Ini

Kamis, 01 Februari 2018

Waspada !!! Skenario Penghancuran NKRI Dibalik Politisasi Pidato Kapolri

Dinamika politik di Indonesia memang sungguh seksi. Belum beres kontroversi penjabat atau pelaksana harian (plh) gubernur Jabar dan Sumut usai, muncul lagi isu panas lainnya.

Tidak tanggung-tanggung, kali ini langsung menohok Kapolri, Jenderal Polisi Prof. Drs. HM. Tito Karnavan, MA, Ph.D. Tiba-tiba muncul potongan video pidato Kapolri saat memberikan sambutan di Pondok Pesantren Tanara, Serang, Banten, pimpinan KH Ma'ruf Amien, pada Februari 2017 lalu. Isi potongan video itu yang bikin gerah sejumlah ormas Islam.

Alhamdulillah, Kapolri secara ksatria dan gentlemen meminta maaf serta melakukan klarifikasi langsung kepada pihak-pihak yang merasa tersinggung. Suatu teladan yang patut dicontoh oleh para pemimpin an pejabat negeri ini.

Secara pribadi saya melihat ada gerakan sistematis dengan agenda penghancuran NKRI dibalik politisasi pidato Kapolri.

1. Pelemahan Institusi Polri

Ada kelompok yang tidak nyaman di tengah upaya Kapolri, Tito Karnavian membawa lembaga kepolisian lebih profesional dan kuat dengan program PROMOTER (Profesional, Modern, Terpercaya). Muncul upaya penyusupan, adu domba dan pelemahan Institusi Polri dari dalam. Sejarah Indonesia mencatat, beberapa kali institusi Polri dan TNI disusupi kelompok politik dan ideologi tertentu untuk mencapai tujuannya.

Isu perang bintang yang terus digoreng dan dipolitisir, menyeret-nyeret para jenderal polisi dalam ranah politik praktis dan serangan pemberitaan negatif terhadap institusi kepolisian adalah bukti nyata adanya pihak yang tidak suka jika Polri kuat.

2. Politik Adu Domba

Pemotongan dan pemilihan rekaman video pidato Kapolri menunjukkan bahwa gerakan ini terencana dan terorganisir secara sistematis. Ada upaya jahat dan terstruktur untuk mengadu domba aparat kepolisian dengan umat Islam, khususnya di luar ormas NU dan Muhammadiyah. Nampaknya upaya ini hampir berhasil ketika beberap ormas merasa kecewa dan marah hingga menuntut Kapolri untuk dipecat.

Ketika umat Islam dan Polri dalam posisi berhadap-hadapan, maka tidak ada pihak yang diuntungkan kecuali para penjajah dan pengkhianat bangsa yang ingin menghancurkan KNRI. Kapolri adalah sosok muslim taat yang pemahaman Islam-nya tidak perlu diragukan, begitu juga para pejabat utama, para Kapolda hingga Kapolres, sebagain besar adalah muslim. Anggota polri lainnya adalah putra putri terbaik umat Islam yang tidak sedikit diantara mereka hafizh Al Qur'an.

Bagaimana mungkin sesama muslim saling berhadap-hadapan untuk saling menyerang, kecuali atas hasutan para pendengki dan pengkhianat negeri ?

3. Gangguan Kamtibmas Pilkada Serentak 2018

Pengunggahan potongan video Kapolri yang baru dilakukan setelah setahun juga membuktikan sebuah pertimbangan yang matang dan tidak main-main. Kapolri berpidato pada Februari 2017, baru dinggah pada Januari 2018, dimana kita tahu di tahun 2018 ini pemerintah Indonesia menggelar hajat besar yaitu Geleran Pilkada Serentak. Polri bertanggung jawab terhadap keamanan, kelancaran dan keberhasilan seluruh proses tahapan pilkada yang berlangsung berbulan-bulan.

Pada saat fokus perhatian Kapolri dan jajarannya tertuju pada pengamanan pilkada serentak, muncul fitnah dan profokasi yang mengganggu kesiapan serta keharmonisan. Secara sengaja dan terencana potongan video tersebut menjadi viral. Berbagai komentar dan tanggapan terus dikemas dan digoreng untuk membuat situasi menjadi cheos. Jagat maya dan tokoh-tokoh ormas Islam terus diprofokasi agar mengeluarkan statemen yang makin membuat keruh suasana.

Ketika gelaran pilkada serentak yang memakan biaya sangat besar ini terganggu, siapa pihak yang diuntungkan ? Mereka adalah para penjajah dan pengkhianat negeri.

Maka, saya mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk menutup dan menyudahi polemik ini. Mari kembali fokus pada tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk mewujudkan Indonesia Raya yang maju dan berdaulat. Perkuat komunikasi dan silaturahmi antar elemen masyarakat, termasuk umat Islam dengan institusi kepolisian. Persempit ruang gerak para penjajah dan pengkhianat dengan persatuan dan kesatuan.

Mari bergandengan tangan untuk mewujudkan kedamaian, majulah bangsaku, jayalah negeriku... Indonesia Raya tercinta !!!"

Jambi, 2 Februari 2018
masih dalam keheningan 1/3 malam terakhir di malam Jumat
Arief Luqman El Hakiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar